Jumat, 15 November 2013

(BERANICERITA #36)SEBUAH KISAH DARI SAMPIT

Amba berlari terengah-engah. Tangan mungilnya menggenggam erat sebuah bungkusan. Tak dihiraukannya sandalnya yang putus sebelah. Peluh membanjiri kausnya yang kumal. Baru kali ini dia berhasil menuntaskan misinya.


Sesampainya di dekat kebun pisang, Amba membuka bungkusan itu dan membersihkan isinya. Syukurlah hari ini akhirnya adikku bisa makan, pikirnya. Segera dia berlari menerobos semak belukar dengan tak sabar. Tujuannya masih jauh sedangkan hari mulai gelap.


Seperti ribuan orang lain yang hari-hari itu ketakutan, Amba harus tidak lagi punya masa lalu. Dilupakannya kenyataan bahwa ayahnya hilang tanpa kabar semenjak kerusuhan itu, entah kerusuhan ke berapa yang terjadi di bulan itu. Dilupakannya ibunya yang menjadi gila karena melihat kepala ayahnya yang terpancang di atas tiang di depan gerbang desa. Dilupakannya semua kenangan indah yang pernah terjadi ketika mereka masih berkumpul. Yang diingatnya hanya satu, dia harus bisa memberi makan adiknya. Sebagian besar keluarganya kembali ke tanah kelahirannya, sedangkan sebagiannya lagi binasa. Untuk sementara waktu Amba memutuskan untuk bertahan tinggal di desanya, meski desa itu telah menjadi desa mati. 


* * *

Angin dingin menusuk tulang ketika Amba sampai di pintu rumahnya. Dengan senyum mengembang diucapkannya salam pada adiknya dan dihampirinya adiknya yang sedang terbaring di tempat tidur.


“Ada makanan Dik, makanlah…, “ ucapnya lembut sambil mengelus-elus dahi adiknya.

Dalam diam Amba menghabiskan makanannya sambil menitikkan air mata.


Tiba-tiba…brakkk! Pintu yang didobrak dari luar mengagetkan Amba. Tubuhnya reflek melindungi adiknya.


“Jangan ambil adikku…!”


Seorang pria berseru sambil menutup hidungnya, “Rupanya di sini sumber baunya. Pak Polisi, tolong itu mayatnya diambil dulu! Kami sudah tak tahan baunya…!”  


Amba menangis melolong-lolong. Tak rela adiknya dirampas oleh para petugas itu. Hanya dialah satu-satunya alasan Amba masih bertahan di Sampit.

* * *

Jumlah kata : 276 kata

7 komentar:

  1. wah,,
    adik nya udah meninggal...

    BalasHapus
  2. Iya...kan sudah berhari-hari tidak makan :( Trims sudah mampir....

    BalasHapus
  3. hiks.... kasihan....

    BalasHapus
  4. Pas baca nama ummu zukhrufa aku wes curiga ini Lia :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, thanks to Ninoy karena aku jadi berani nulis lagi, ngiri ma kamu ;b tulisannya bagus2 hihihi, siapa tau ada proyek bikin buku pingin ikutan kayak kamu. You've been inspiring lots, thanx again!

      Hapus
  5. Aku malah udah hiatus nulis. Cuma silent reader aja sekarang .__.
    Pasti bisa lebih keren kalo Lia siii... Udah bawa pulang banner BC beberapa kali. Semangaaat ^^

    BalasHapus

Bila berkenan sila tinggalkan jejak ya ^_^