Sungguh tak pernah kusangka, ternyata begitu
rupa asyiknya berkelana. Tak pernah kutahu ke mana mesin ini membawaku, atau
melemparku dalam petualangan baru. Ah, pantas saja Kakek dulu sering maherat
beberapa masa, membuat kami kelimpungan mencarinya. Kakek yang aneh namun
jenius, yang setiap dongeng dan ajarannya membuatku terbius. Hilang bosan mendengarnya
seharian, dulu, sebelum terakhir beliau pergi.
Kupencet lagi tombol warna biru, mencoba
kembali peruntunganku. Kuharap tak sesial sebelumnya, tombol merah membuatku
celaka. Napasku masih memburu, terengah-engah setelah terdampar di zaman batu. Kali
ini aku tak mau lagi dikejar-kejar manusia gua atau hewan prasejarah. Kutangkupkan
kedua tangan lalu berdoa. Kupejamkan mata yang nyaris gagal melawan bias sinar
dari luar, begitu kuat seperti menelanku dalam ledakan besar. Lalu tubuhku
seperti tak terkendali, terhempas ke sana ke mari. Begitulah selalu terasa seperti
sebelumnya, hingga tegak kakiku menapak tanah.
Sumber |
Kuterhenyak saat membuka mata. Ah, ini era yang
berbeda! Banyak benda terbang melayang dan semua orang berbaju menerawang. Benar-benar
seperti dalam film fantasi, hal-hal mustahil terjadi. Hewan-hewan bisa bicara,
robot-robot menjelma manusia. Kutampar pipiku berkali-kali, meyakinkan diriku
sendiri.
“Obi?” sebuah suara memanggilku. Sebelum sempat
menoleh, sebuah toyoran mendarat di kepalaku.
“Ngapain di sini? Tak labut kau ikuti jejakku!
Berbahaya tau!”
“Lah, Kakek sendiri ngapain?” balasku. Salah
sendiri menghilang tanpa jejak. Salah sendiri meninggalkan mesin itu menyala,
batinku.
“Sebenarnya sih, kakek lupa koordinat terakhir
mesin itu. Kakek juga lupa perhitungan dimensi waktu untuk pulang. Kakek sudah lelah menghitung
sembilan kombinasi rumus kuantumnya.”
Senyumku mengembang, masih ada sembilan puluh satu
kali lagi kesempatanku bertualang.
(y) mbak :D perjalanan mesin waktu..
BalasHapussederhana tapi wah.. FF fantasi..
Trims Mas Widi
HapusPerdana nih mampir ke sini
Sering2 mampir n komeng yaaa :)
Ff fantasinya dapet. Tapi endingnya aku agak lola nih kenapa masih 91 kali lagi? Aku kira si aku bakal pingsan tahu dirinya nggak bisa pulang:)
BalasHapusYup!
HapusKan si Aku memang senang bertualang Mbak, alih-alih pingsan dia malah happy :)
Kenapa 91 kali?
Yaaa karena rumus kuantum itu ada 100 kombinasi rumus. Sudah dicoba 9 jadi kurang 91, hehehe....
Owh.haha.kmrn smpe tanya suami emang rumus kuantum ada 100 ya?
BalasHapusHahaha...kombinasinya itu Mbak :D
HapusMestinya nanya si Kakek itu mah
Thanx dah mampir, komen, n nanya looo :)
Idenya keren, Mbak. Cuma, maaf, pemsukan ketiga kosakata itu nggak cocok untuk FF-nya. Gaya ceritanya santai, jadi maksa banget pakai kata2 labut dan maheratnya. Over all, keren, kok! ^_^
BalasHapusHahaha
HapusIya Mbak, emang maksa kok
Untung ff ini bukan buat Pretest, kalau iya pasti udah ketendang dari awal
Hehehe
Trims sudah mampir mbak!
Perdana nih :)