Selasa, 21 April 2015

Prompt #75 – MENANTI BAYU



Prang!!

Satu lagi gelas pecah, kali ini berisi teh hangat. Hampir sejam berlalu dan dinding kamarku sudah penuh noda tumpahan jus, susu cokelat, susu kedelai, dan entah minuman apalagi.

Kupandangi tanganku yang gemetar. Dari beberapa bagiannya yang tergores mulai menetes darah segar.

Tapi dia tetap saja mendatangiku dengan senyum terkembang. Meski matanya sayu dan wajahnya kuyu, namun masih digenggamnya segelas minuman untukku. Kali ini dengan gelas plastik, mungkin karena sudah tidak ada lagi gelas kaca yang tersisa di dapur.

“Bah! Apa ini?” Kutepiskan minuman itu. Gelas plastik berwarna pink menggelinding hingga berhenti membentur tembok. Tumpahannya menambah warna-warni genangan di lantai.

Setetes peluh menetes di keningnya. Matanya jelas memerah tapi dia tetap saja tersenyum. Diambilnya sehelai tisu dari atas meja rias lalu dia berjongkok di hadapanku. Dengan lembut dibalutnya buku jariku yang terluka.

Sumber

“Kamu belum makan seharian, Ran. Kubuatkan teh hangat lagi, ya. Atau kamu mau minuman lain? Bajigur? Sekoteng? Aku masih bisa keluar jam segini, kayaknya masih ada yang jual…,” bujuknya lirih. Suaranya terdengar serak. Kutahu dia pun belum makan seharian ini sebab menungguiku. 

Tiba-tiba kudorong tubuhnya hingga terjengkang. “Aku tak butuh semua itu! Aku butuh Bayu, Ndra! Aku mau dia kembali! Dia sudah janji menikah denganku besok! Mana Bayu, Ndra?” teriakku histeris.

Dia mendekapku erat. Tak juga dilepaskannya meski aku terus meronta. Aku terus berteriak memanggil nama Bayu.

“Kakakku sudah meninggal kemarin, Ran. Kamu lupa? Tak ada cara lain. Kita harus menikah besok atau bayi di kandunganmu ini selamanya takkan pernah punya bapak,” ucapnya sambil menatapku tajam. Mataku berkaca-kaca.

Jumlah kata : 250 kata.

FF ini ditulis buat ikutan Prompt #75 MFF di sini. Ikutan yuk!

10 komentar:

  1. Wah. Adiknya menggantikan sang kakak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, Mas. Keknya gak bakalan terjadi di dunia nyata deh :)

      Hapus
  2. Bagus. Tp detil emosi kurang dibangun. *ceileh abaikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trims masukannya. Saya memang ngerasa kalau kurang detil di emosi. Makanya mau sering2 nulis biar tambah pinter :) Thanks.

      Hapus
    2. Mis:--> Aku terus berteriak memanggil nama Bayu.

      Bisa diganti jadi show- dont -tell. *ngajarin *dikeplak

      Hapus
  3. he eh deh nikahin aja ... huhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoiiii. Bukankah lebih baik kalau yg menikahi setidaknya mahram si jabang baby sendiri, ya to?

      Hapus
    2. kan si Mahram udah mati? Yg penting si Jabang punya bapak, to?

      Hapus
    3. Lah, kan pamannya si baby masuk mahram juga to? Hehe.... Kasihan sekali bayi ini, belum lahir sudah gak punya babe :(

      Hapus

Bila berkenan sila tinggalkan jejak ya ^_^