"Maukah kau dengar sebuah kisah, tentang
seorang perempuan yang kecantikannya begitu berbahaya hingga bisa mengacaukan
seisi alam raya dan memorak-porandakan semesta?"
“Ah, Ummi, gak usah lebay, deh. Mana ada sih,
kecantikan macam itu?” putriku sewot.
“Iya, deh, Ummi ralat. Kecantikannya memang
tidak sampai mengacaukan semesta, Nak, tapi cukup menghebohkan seluruh Mesir
pada zaman itu. Begitu wanita itu melangkahkan kakinya memasuki gerbang
perbatasan negeri, semua pria membicarakannya dengan penuh hasrat. Sebagiannya
menyebabkan kekacauan dalam rumah tangga mereka, sebagiannya lagi menyebabkan
pikiran kotor dalam kepala mereka. Padahal wanita itu telah menutup tubuhnya
dengan pakaian yang tertutup dan berkerudung pula. Tetapi memang bunga yang
harum tetaplah bunga, berhelai-helai kain takkan mampu menyembunyikan
wanginya.”
Mata putriku membulat, tanda mulai tertarik.
“Kecantikan itu membuat beberapa pria yang
kotor hatinya ingin menodai wanita itu. Tetapi untunglah dia tidak pernah
sendirian. Ada seorang lelaki yang selalu menemaninya. Lelaki itu takkan pernah
membiarkan seorang pun menyentuh atau mengganggunya.”
Putriku seperti menahan napas, mulai terbawa
suasana tegang.
“Siapakah lelaki itu, Ummi?”
Aku pura-pura menahan napas, mendramatisir. “Sst,
kalau kukasih tahu sekarang, kan gak seru ceritanya. Yang jelas, pria itu
adalah seorang nabi.”
Matanya terbelalak. “Nabi…?” desisnya.
“Lanjut ya. Kecantikannya itu seketika tersohor
hingga ke seantero negeri, bahkan terdengar sampai ke telinga sang Firaun,
penguasa Mesir.”
“Firaunnya Nabi Musa? Atau Nabi Yusuf?”
potongnya antusias.
“Semua Raja Mesir bergelar Firaun, Sayang.
Kisah ini terjadi jauh sebelum zaman kedua nabi tersebut. Meski berbeda zaman,
tapi kelakuan Firaun ini kurang lebih sama, semuanya mendustakan Tuhan dan suka
menganiaya rakyatnya. Yang menyebalkan lagi, Firaun ini genit sekali sama
perempuan. Hobinya mengambil wanita yang disukainya menjadi istrinya, entah dia
gadis atau sudah bersuami. Parahnya lagi, kalau wanita itu sudah bersuami,
Firaun akan membunuh suaminya dan menjadikan anak-anaknya sebagai budak!”
Putriku bergidik ngeri. Kubuat mimik mukaku
seserius mungkin.
“Kau tahu apa yang terjadi kemudian? Firaun
memanggil pria yang selalu bersama wanita itu ke istana. Dia lalu
bertanya,’Siapakah engkau? Apakah engkau suaminya?’ Pria itu menjawab,’Saya
saudaranya.’ Maka selamatlah pria itu dari kekejaman Firaun. Tapi sayang,
wanita itu harus menghadapi kekejian Firaun sendiri di dalam sebuah kamar….”
Kulirik tubuh putriku mulai gemetar. Kubelai
lembut rambutnya.
“Jangan takut, Sayang. wanita itu begitu tawakal
pada Tuhan. Jadi dia berdoa dengan khusyuk agar selamat. Setiap kali Firaun
hendak menyentuhnya, kau tahu apa yang terjadi?”
Dia menggeleng.
“Tubuh Firaun membeku tanpa bisa digerakkan.
Firaun sangat panik. Dia berteriak-teriak minta dibebaskan dan berjanji takkan
menyentuh wanita itu. Tapi apa yang terjadi kemudian ketika tubuhnya tak lagi
kaku?”
Putriku menggeleng lagi.
“Dia mengulangi lagi niat buruknya. Wanita itu
lalu berdoa lagi, begitu terus sampai tiga kali. Hingga akhirnya Firaun
menyerah dan mengusir wanita itu.”
Putriku menghela napas, lega.
“Setelah itu Firaun menghadiahkan kepada lelaki
itu seorang budak yang sebenarnya dahulu bernasab mulia dan berkata, ’Bawalah Hajar
bersamamu, sesungguhnya wanita yang kau jaga ini adalah jelmaan iblis!’ Tak
seorang pun tahu, bahwa lelaki itu adalah suaminya!”
Anakku tercekat. “Hajar, Ummi? Berarti itu
kisah Nabi Ibrahim, dong!”
“Iya, Sayang. Dan wanita shalihah itu bernama
sama denganmu, Sarah. Semoga kelak kecantikanmu bisa terlindungi oleh
keshalihanmu, Nak,” doaku.
Sumber |
Jumlah kata : 500 kata.
Disarikan dari Kajian Masjid Shalahuddin Kalibata
tentang Shirah Nabawiyyah oleh Ustadzah Nur Hamidah, Lc.
sampai saat ini, saya blm menemukan ide utk prompt ini mba hehe
BalasHapusSemangat ya Mbak :)
HapusWow! Nice story...
BalasHapusHaiii, trims yaa sudah mampir n komen :)
HapusNice mbak!
BalasHapustapi menurutku kata2 seperti : "semua pria membicarakannya dengan penuh hasrat" atau "Sebagiannya menyebabkan kekacauan dalam rumah tangga mereka" itu belum bisa disampaikan ke seorang anak kecil. Stlh saya baca gambarannya anak kecil ini masih polos banget hehehe...
tapi bagus kok mbak! :)
Trims yaaa, ini anak kecil mau remaja tanggung mbak, hehehe
HapusSetuju sama pendapatnya Mak Onixtin Sianturi, kisah ini disampaikan oleh Ummi kepada anaknya yang masih polos, jadi belum mengerti apa itu kekejaman seksual (sebut saja begitu, hehe...). Tapi ide cerita ini bagus karena menyinggung soal agama. Keren idenya, Bunda belum bisa tuh sampai ke ide yang begini. Salut.
BalasHapusTrims Bunda Yati yang selalu keren :)
Hapusbagus bagus, aku masih susah nih mau ikutan prompt lagi hihi
BalasHapusHayoo Mbak Tika! Semangat :D
Hapus“Sst, kalau kukasih tahu sekarang, kan gak seru ceritanya | Cuma bagian ini yang bikin aku kurang sreg. Selebihnya.....keren! :)
BalasHapusTrims Bang!
Hapus