Malam semakin pekat disinari bulan purnama yang
mengintip di balik awan perak. Bahkan hawa dingin tak sanggup menghentikan
langkahku. Kuterobos semak belukar dengan napas memburu dan kutelusuri jalan
setapak lembap berwarna kelabu. Hatiku semakin gelisah karena kulihat
jejak-jejak kaki mengarah jelas menuju tengah hutan. Jejak kaki sepasang pria
dan wanita! Oh Tuhan, kumohon lindungilah dia, si Cantik Claraku yang berhati
seputih salju....
Sejak dia bersama dengan pria itu sebenarnya aku
sudah merasa curiga. Memang awalnya dia terlihat tulus tapi entah
kenapa semakin hari rasa tak sukaku terasa semakin kuat. Seperti intuisi
yang membuatku selalu berusaha untuk melindungi Clara. Akhirnya kecurigaanku
terjawab juga pada suatu senja, hari ini.
“Kamu tahu Bob, kamu takkan bisa melindungi
Clara. Bagaimanapun Clara akan selalu menurutiku. Seperti anjing dan
majikannya.... Ucapkanlah selamat tinggal pada Clara karena setelah dia menandatangani surat warisan itu malam ini hidupnya akan berakhir…kalau kau bisa melepaskan diri dari
jeruji ini…. Ha! Ha! Haaaaa…!" Butuh berjam-jam untuk membobol jeruji itu.
Harapanku
semakin tipis ketika jejak-jejak kaki yang kususuri semakin samar. Aku berlari
sekuat tenaga tak tentu arah hingga kucium bau tak asing yang menyengat. Kuikuti petunjuk bau itu hingga langkahku terhenti
karena setumpuk kayu pinus menghalangi jalanku. Setumpuk kayu yang terlihat
seperti disusun secara ganjil. Seperti sebuah penanda…ah, jangan-jangan….
Gegas kugali tanah lembap di bawah tumpukan kayu itu. Semakin dalam kugali semakin kuat bau anyir yang menguar. Oh tidak!! Sebuah tangan pucat menyembul! Clara….
“Luar biasa Bob! Aku lupa kalau penciumanmu sangat tajam,” suara bariton pria itu mengejutkanku. “Akhirnya kamu
akan menyusul majikanmu juga,” pria itu terkekeh sambil menodongkan moncong pistolnya
ke arahku.
Sigap kuterjang ia dan kugigit tangannya yang
kekar dengan taringku yang tajam. Pria sialan! Kau renggut Clara dariku!
Kucabik dia tanpa henti.
Dor!
Terus kucabik ia meski darah mengucur dari
perutku.
Dor!
Aku terus menyalak.
Jumlah kata : 296 kata
Yah, kenapa Clara dibunuh? Trus Bob ini siapanya Clara?
BalasHapusSudah kuedit mbak, moga2 gak clueless ya :)
Hapussi aku ini anjing ya? atau serigala? atau serigala jadi-jadian?
BalasHapusHmm.... Jujur saya agak tersentak mendapati bahwa tulisan ini bisa diinterpretasikan bermacam2.... Ternyata bisa ketiganya ya ^_^ Trims sudah mampir....
Hapusbob itu anjing kan yah? perlu berapa lama anjing menggali kuburan yang cukup dalam itu?
BalasHapuskalau pikiran lelaki itu sadis... kenapa bob nggak ditembak aja pas diawal2, toh akhirnya di-DOR juga
Sepertinya tidak disebut berapa lama menggalinya mas. Hanya digali tidak begitu luas jadi sampai tangan mayat saja yg menyembul.
HapusTrus dari awal memang pria itu tidak menganggap bob sbg lawan yg berarti. Membunuh bukan mangsa utama bisa menimbulkan kecurigaan dari mangsa utama dan misi terancam gagal. Setahu saya demikian psikoanalisis seorang pembunuh. *sok2anmintadijitakrame2 ^.^
Kayaknya clue-clue nya terlalu samar kalo diliat dari komen-komen di atas. Aku bisa agak nyambung-nyambungin sih, tapi iya masih banyak yang bisa diperdebatkan kayaknya.
BalasHapusYa mbak, memang masih harus banyak belajar. Trims sudah singgah ya :)
Hapuspertama dari kata 'jeruji' tau aja Bob itu binatang, di frase 'penciuman tajam' baru tau dia anjing. trus ...
BalasHapusMas Andi ini emang intuisinya tajam.... Tapi mbok ya kalo komen jangan nanggung gitu dong, mentang-mentang saya ceritanya nanggung :)
Hapus