Tujuan saya nulis ini murni untuk sharing aja. Soalnya saya yakin di
antara teman-teman pasti ada yang lebih jago dan berpengalaman dagang daripada
saya. Justru saya tulis di blog ini siapa tahu ada yang respon dan mau nambahin
ilmu buat saya.
Sejak mulai bekerja sekitar sebelas tahun yang
lalu, saya sudah nyambi jualan apa saja. Awalnya saya ikut MLM, macam-macam
lah. Ada yang produknya kosmetik, baju dalam, sampai tas, dompet, dan pakaian.
Pelanggannya biasanya teman-teman kantor. Alhamdulillah cukup lancar. Lumayan,
marjinnya sekitar 30%. Tapi usaha saya berhenti justru saat omset saya mulai
bertambah. Sebabnya sepele, kartu anggota MLM saya hilang dan saya malas
mengurusnya, hihi. Alasan yang dicari-cari banget. Padahal sebenarnya sih
karena saya mulai penempatan definitif di Jakarta.
Sempat juga saya jualan pulsa di kantor yang
baru, karena dapat pinjaman modal dari teman, sayangnya saya gak rapi di
pembukuan, jadi teman saya gak nerusin modalin. Saya bahkan jualan barang
kerajinan marmer, lo! Iya, saya kan asli Tulungagung penghasil marmer terbaik sedunia
(kalah Itali, mah!). Sayangnya saya kurang amanah waktu itu, jadi pembeli saya
gak nerusin pembelian. Dari beberapa pengalaman itu, saya jadi paham kalau
berdagang itu gak cukup dengan modal dan pangsa pasar aja. Attitude saya sebagai pedagang juga harus benar, amanah, dan rapi
di pembukuan. Lha, kan ceritanya saya modal dengkul!
Cerita berlanjut setelah saya menikah dan di
kantor baru lainnya, saya berdagang lagi. Biasanya barang titipan teman yang
punya toko dan tidak terlalu laku. Sayang sekali, padahal barangnya bagus dan
harganya murah, tapi kenapa bisa tidak laku? Ternyata lokasi tokonya kurang
strategis. Inilah keuntungan saya sebagai pedagang dengan modal dengkul, saya
bisa menjual barang titipan teman di kantor, tetap untung tanpa mengeluarkan
biaya sewa. Biasanya kalau momennya pas, penjualan lumayan. Misal, pas lebaran
saya suka jualan baju koko, atau pas tahun ajaran baru saya jualan buku, pas
Ramadhan saya jualan buku-buku agama. Malah pernah pas gak ada momen apa pun
saya jualan sandal Tasik titipan teman dan laku semuanya. Beneran saya pakai
jurus jemput bola, cari “The Right Man for The Right Shoes…eh, Sandals!” Haha!
Tapi gak semuanya cerita yang menyenangkan. Ada juga pengalaman yang gak enak,
waktu teman nitip jual tas yang katanya kulit, tapi ternyata barangnya banyak
yang tiruan di luaran sana, dengan harga yang lebih murah pula! Aaaak, tidak!
Itu benar-benar mencoreng branding
saya sebagai pedagang bermodal dengkul! Sejak itu saya gak bakalan jualin
barang yang saya gak tahu persis bahannya. Alhamdulillah, berdagang memang
barokah, membuat saya tambah ilmu baru: ilmu tentang material dan kualitas
produk. Saya jadi tahu mana barang asli dan KW. Saya harus belajar banyak
soalnya kalau jualan barang yang gak sesuai antara harga dan kualitasnya,
jatuhnya syubhat, malah bisa jadi haram! Kan, gawat, to?
Saat ini, di kantor terakhir ini saya juga
masih berdagang. Tapi alhamdulillah sudah berkembang, saya bukan hanya jadi distributor, tapi jadi supplier. Karena terinspirasi banget
sama Sayyidah Khadijah r.a., saya selalu ingin modalin orang lain untuk berdagang, nitip barang ke beberapa orang untuk dijualkan kembali. Alhamdulillah ternyata
saya lebih nyaman dengan cara ini, sebab gak mengganggu jam kantor. Sistem bagi
hasilnya bisa dengan sistem persentase marjin laba atau bisa juga kita nitip
barang dengan harga lebih murah nanti terserah labanya untuk mitra usaha kita.
Tapi bukan berarti dengan cara ini saya hanya ongkang-ongkang kaki, lo. Justru
peran saya cukup besar karena selain harus pintar-pintar mengelola modal awal
agar selalu bisa diputar, saya juga harus pintar mengetahui selera pasar,
mencari barang yang berkualitas namun berharga lebih miring sehingga saya bisa
menitip jual lagi, dsb. Di sinilah berkahnya dagang, hobi saya yang suka
belanja jadi tersalurkan dengan positif, plus saya jadi banyak cari tahu ilmu
tentang bahan, kualitas, dan sistem pemasaran yang baik.
Benarlah memang, ketika Rasulullah SAW bersabda
bahwa 9 dari 10 pintu rezeki itu bisa terbuka dari jalan perdagangan. Saya
merasakan sendiri, karena bukanlah keuntungan harta tujuan utama saya, saya
merasa terberkahi karena bisa kenal dan bersilaturrahmi dengan banyak orang,
bisa mengasah keahlian berkomunikasi juga, bisa nambah ilmu marketing, dan bisa membantu menjadi
jalan rezeki bagi orang lain. Rezeki toh bukan hanya tentang materi bukan?
Strategi pemasaran yang utama adalah membangun
jaringan. Dan jaringan yang baik adalah jaringan silaturrahmi, yang penuh
ketulusan dan amanah, bukan semata karena motif ekonomi. Karena dengan
kepercayaan itu, saya bisa mengambil barang dari supplier langganan dengan harga grosir meski belinya satuan, dan
barang juga bisa ditukar kalau tidak laku. Dengan kepercayaan itu pula saya
anteng saja menunggu barang-barang dagangan saya balik modal dengan sendirinya
karena dipegang oleh orang yang amanah. Alhamdulillah, sungguh menentramkan.
Mimpi saya berikutnya adalah menjadi personal/private buyer yang dibutuhkan
dan dipercaya orang. Apakah itu? Itu adalah pekerjaan yang menurut saya keren.
Seseorang yang profesinya mencari barang yang diinginkan pembeli sesuai
spesifikasi dan anggaran yang diinginkan dan dia dapat fee untuk itu (kayak Miss Jinjing gitu loh!). Saya suka banget
profesi ini soalnya cukup menantang dan rasanya puas banget kalau pelanggan
senang. Seingat saya sih baru dua kali mendapat orderan itu dan alhamdulillah pelanggannya
puas.
Semoga ke depannya semakin banyak orang yang mau jadi pelaku bisnis, sekecil apapun, karena akan menggerakkan roda perekonomian mikro. Saya optimis, pangsa pasar masyarakat kita yang konsumtif masih terbuka lebar. Kalau jeli melihat peluang, kita bisa meminimalisir kerugian. Atau kalau mau lebih secure lagi, kita jual saja barang-barang yang suka kita pakai. Insya Allah kalau gak laku kan bisa dipakai sendiri atau disedekahkan. Tetap berkah, to?
Semoga ke depannya semakin banyak orang yang mau jadi pelaku bisnis, sekecil apapun, karena akan menggerakkan roda perekonomian mikro. Saya optimis, pangsa pasar masyarakat kita yang konsumtif masih terbuka lebar. Kalau jeli melihat peluang, kita bisa meminimalisir kerugian. Atau kalau mau lebih secure lagi, kita jual saja barang-barang yang suka kita pakai. Insya Allah kalau gak laku kan bisa dipakai sendiri atau disedekahkan. Tetap berkah, to?
Sekian sharing
dari saya. Kapan-kapan saya sharing
lagi ya, tentang jurus saya yang lainnya. Semoga bermanfaat!
Minum kopi sembari baca koran
BalasHapusEhh... Entah kenapa suasana hati gak enak gini
Ohh ternyata ini kopi kurang gulaπππ
Luar biasa Jasa Pembuatan Website Toko Online serta Cara Promosi Online Shop dan Cara Promosi di Instagram dan Cara Promosi Produk juga Cara Berjualan Online dan Cara Berdagang Online serta
BalasHapusGrosir Jilbab Murah serta Jilbab Instan Terbaru dan Jilbab Segi Empat Terbaru
Jasa Pembuatan Web Murah Berkualitas