Serupa tetesan intan permata
Yang lalu pecah berkeping-keping
Serpihannya menusuki celah-celah kulit
Menyusup ke dalam pori-pori sanubari
Menyumbat akal sehat dan nurani
Ia butakan mata tulikan telinga
Dan digoreskan besar-besar di jantungnya:
Aku seorang pendusta
Dia masih memutuskan untuk terus bernapas
Sekadar berkata selamat pagi dan apa kabar dunia
Padahal kakinya lumpuh pijakannya runtuh
Dan ia masih saja berkata:
Aku baik-baik saja
Dekapannya kosong sehampa tatapannya
Tapi ia masih bisa mengukir gambar istana di atas pasir dusta
Dan masih saja berteriak lantang:
Jangan ambil nyawa saya!
Edmalia Rohmani, Solo 8 Februari 2018