“Education is the most powerful weapon that you can use to change the world”
Tanggal 11 Agustus 2017 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi dunia perpajakan di Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menerima piagam penghargaan MURI atas rekor Edukasi Pajak Bertutur secara serentak kepada 127.459 siswa di 2.182 sekolah se-Indonesia.
Saya merasa beruntung dapat menjadi bagian kecil dalam momen ini, sebab mendapatkan amanah menyampaikan materi di SMKN 20 Jakarta. Sekolah ini adalah salah satu sekolah unggulan di Jakarta Selatan. Senang sekali mendapat kesempatan bekerja sama dengan sekolah ini sebab dari kelima sekolah yang menjadi target kegiatan kami, murid-murid di sekolah ini paling antusias mengikuti lomba foto dengan “like” terbanyak yang kami adakan di Instagram beberapa hari menjelang Hari H. Selidik punya selidik, rupanya guru-gurunya sangat memotivasi mereka untuk mengikuti lomba. Dalam hal ini saya sangat takjub dengan support mereka bahkan sebelum kegiatan utama berlangsung.
Beberapa menit sebelum acara dimulai, saya berkesempatan berdiskusi dengan salah satu Wakil Kepala Sekolah Bidang Kehumasan, yaitu Ibu Defi. Banyak sekali informasi yang membuka wawasan saya tentang berbagai macam tantangan yang dihadapi para pendidik di dunia pendidikan saat ini. Mulai dari lingkungan keluarga yang kurang mendukung pembelajaran siswa, kurangnya perhatian orang tua sehingga berujung pada kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, dan bagaimana upaya dari pihak sekolah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.
Sistem penerimaan siswa baru dengan sistem online juga dinilai terdapat kekurangan di dalamnya, yaitu siswa diterima dari satu parameter saja (angka NEM). Sistem ini membuat pihak sekolah tidak diberikan kewenangan dalam menolak siswa yang mempunyai permasalahan kenakalan remaja sehingga berpotensi menjadi penyebar pengaruh negatif bagi teman-temannya di kemudian hari. Hal ini pada akhirnya menyebabkan pihak sekolah harus ekstra melakukan pengawasan pada beberapa siswa baru yang ditengarai membawa bibit-bibit kenakalan remaja dan melakukan pembinaan secara intensif.
Kerja sama dengan pihak lain, BNN misalnya, kadang perlu dilakukan. Semata-mata agar apabila terjadi penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah dapat terdeteksi sejak awal dan dapat diberikan penanganan khusus. Soal narkoba ini memang membuat saya cukup terkejut, sebab menurut cerita Bu Defi, para siswa dapat dengan mudah janjian dengan bandar di tempat olahraga umum untuk menghisap narkoba dengan sebutan populer “Kingkong” Rp5 ribu rupiah saja sekali isap! Ini miris sekali, sebab begitu mudah sekali barang haram ini menjerat dan merusak masa depan mereka.
Hampir menangis rasanya ketika mendengar kisah-kisah tentang para siswa yang ketahuan memakai sebab mulai menunjukkan keanehan ketika belajar di sekolah. Mereka biasanya terlihat kusut, bola matanya tidak bisa fokus, gelisah, dan bahkan sering salah kostum sebab lupa hari dan seragam apa yang harus dipakai. Sedih rasanya bila hal ini menimpa generasi muda kita. Bagaimana nasib bangsa ini kelak?
Diskusi kami selesai beberapa menit sebelum acara Pajak Bertutur dimulai. Alhamdulillah Plt. Kepala Kantor kami berkenan membuka acara. Kedatangan beliau disambut dengan pertunjukan gamelan dari para siswa (yang menurut Ibu Defi berinisiatif ingin menunjukkan kemampuan mereka, salut!). Di bagian pembukaan mereka juga mempersembahkan tarian tradisional yang berasal dari Betawi. Para siswi ini rupanya juga berprestasi dengan menyabet juara satu dalam lomba tari tingkat SMA dan sederajat se-Jakarta Selatan. Hal yang membuat saya terharu adalah mereka berinisiatif untuk tampil dan berdandan sendiri tanpa diminta oleh pihak sekolah. Kontribusi yang luar biasa!
Hari itu saya bertugas sebagai salah satu narasumber yang menyampaikan materi kesadaran pajak dengan tema “Pajak sebagai Tulang Punggung Negara”. Sesuai instruksi dari Kantor Pusat, waktu yang diberikan kepada kami selama satu jam latihan (yang kurang dari 60 menit) dimulai sejak pukul 9 pagi. Para siswa sebanyak 50 orang kami bagi menjadi 5 kelompok. Dengan sistem ini kami berharap kegiatan berlangsung interaktif dan semua peserta mau ambil bagian dalam diskusi. Sistem reward berupa poin dan tebar hadiah sepanjang acara mampu mengungkit semangat dan antusiasme peserta.
Sebagian besar peserta angkat bicara ketika diberikan kesempatan, memberikan opini dan menjawab pertanyaan yang diberikan. Meskipun semua peserta telah mendapatkan pelajaran perpajakan (sebab berasal dari jurusan akuntansi dan perbankan syariah), namun belum serta-merta memahami betapa pentingnya pajak dalam kehidupan berbangsa dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Itulah bedanya pengetahuan dengan pemahaman. Tahu sesuatu belum tentu mampu mengubah perilaku. Namun dengan pemahaman dan kesadaran yang menyentuh hati, karakter yang baik akan terbentuk dan mampu mengubah sebuah bangsa.
Setelah materi diberikan, terlihat wajah-wajah cerah yang semringah, senang karena menerima banyak hadiah, dan siap berkomitmen untuk menjadi duta pajak yang akan meneruskan materi ini kepada lingkungan sekitarnya. Diri saya yang tadinya sempat pesimis melihat permasalahan kenakalan remaja, seketika terpantik harapan yang menyala, tentang masa depan Indonesia yang lebih cerah setelah mendengar komitmen mereka. Misi kami mungkin selesai untuk hari itu, tapi perjalanan panjang masih menanti dalam program inklusi kesadaran pajak dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Pada tanggal 11 Agustus 2017 juga telah ditandatangani Perjanjian Kerja Sama antara DJP dengan Kemendikbud sebagai lanjutan dari MoU yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 lalu. Ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa. Penulis berharap hal ini dapat segera memberikan dampak positif dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Penyampaian materi kesadaran pajak kepada siswa akan sejalan dengan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang dicanangkan Kemendikbud dan memperkuat nilai-nilai utama karakter yaitu Religius, Nasionalis, Mandiri, Integritas, dan Gotong-Royong. Kedua pihak akan bersinergi dalam mengkaji bagaimana sistem pembelajaran yang tepat agar materi kesadaran pajak dapat ter-inklusi dengan baik dan menjadi salah satu senjata dalam mengubah karakter bangsa. Semoga kerja sama ini dapat berjalan dengan baik dan berhasil dalam mewujudkan generasi emas di tahun 2045. Generasi yang hebat, sadar pajak, dan kelak mampu berkontribusi dalam membangun negara, meneruskan perjuangan para pahlawan bangsa.
Dirgahayu Indonesiaku, berbanggalah pada generasi yang tiada pernah berhenti mencintaimu. Merdeka!
Sumber:
Pendidikan adalah senjata terkuat yang bisa Anda gunakan untuk mengubah dunia
~Nelson Mandela~
Tanggal 11 Agustus 2017 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi dunia perpajakan di Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menerima piagam penghargaan MURI atas rekor Edukasi Pajak Bertutur secara serentak kepada 127.459 siswa di 2.182 sekolah se-Indonesia.
Credit: P2Humas DJP |
Saya merasa beruntung dapat menjadi bagian kecil dalam momen ini, sebab mendapatkan amanah menyampaikan materi di SMKN 20 Jakarta. Sekolah ini adalah salah satu sekolah unggulan di Jakarta Selatan. Senang sekali mendapat kesempatan bekerja sama dengan sekolah ini sebab dari kelima sekolah yang menjadi target kegiatan kami, murid-murid di sekolah ini paling antusias mengikuti lomba foto dengan “like” terbanyak yang kami adakan di Instagram beberapa hari menjelang Hari H. Selidik punya selidik, rupanya guru-gurunya sangat memotivasi mereka untuk mengikuti lomba. Dalam hal ini saya sangat takjub dengan support mereka bahkan sebelum kegiatan utama berlangsung.
Beberapa menit sebelum acara dimulai, saya berkesempatan berdiskusi dengan salah satu Wakil Kepala Sekolah Bidang Kehumasan, yaitu Ibu Defi. Banyak sekali informasi yang membuka wawasan saya tentang berbagai macam tantangan yang dihadapi para pendidik di dunia pendidikan saat ini. Mulai dari lingkungan keluarga yang kurang mendukung pembelajaran siswa, kurangnya perhatian orang tua sehingga berujung pada kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, dan bagaimana upaya dari pihak sekolah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.
Sistem penerimaan siswa baru dengan sistem online juga dinilai terdapat kekurangan di dalamnya, yaitu siswa diterima dari satu parameter saja (angka NEM). Sistem ini membuat pihak sekolah tidak diberikan kewenangan dalam menolak siswa yang mempunyai permasalahan kenakalan remaja sehingga berpotensi menjadi penyebar pengaruh negatif bagi teman-temannya di kemudian hari. Hal ini pada akhirnya menyebabkan pihak sekolah harus ekstra melakukan pengawasan pada beberapa siswa baru yang ditengarai membawa bibit-bibit kenakalan remaja dan melakukan pembinaan secara intensif.
Kerja sama dengan pihak lain, BNN misalnya, kadang perlu dilakukan. Semata-mata agar apabila terjadi penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah dapat terdeteksi sejak awal dan dapat diberikan penanganan khusus. Soal narkoba ini memang membuat saya cukup terkejut, sebab menurut cerita Bu Defi, para siswa dapat dengan mudah janjian dengan bandar di tempat olahraga umum untuk menghisap narkoba dengan sebutan populer “Kingkong” Rp5 ribu rupiah saja sekali isap! Ini miris sekali, sebab begitu mudah sekali barang haram ini menjerat dan merusak masa depan mereka.
Hampir menangis rasanya ketika mendengar kisah-kisah tentang para siswa yang ketahuan memakai sebab mulai menunjukkan keanehan ketika belajar di sekolah. Mereka biasanya terlihat kusut, bola matanya tidak bisa fokus, gelisah, dan bahkan sering salah kostum sebab lupa hari dan seragam apa yang harus dipakai. Sedih rasanya bila hal ini menimpa generasi muda kita. Bagaimana nasib bangsa ini kelak?
Diskusi kami selesai beberapa menit sebelum acara Pajak Bertutur dimulai. Alhamdulillah Plt. Kepala Kantor kami berkenan membuka acara. Kedatangan beliau disambut dengan pertunjukan gamelan dari para siswa (yang menurut Ibu Defi berinisiatif ingin menunjukkan kemampuan mereka, salut!). Di bagian pembukaan mereka juga mempersembahkan tarian tradisional yang berasal dari Betawi. Para siswi ini rupanya juga berprestasi dengan menyabet juara satu dalam lomba tari tingkat SMA dan sederajat se-Jakarta Selatan. Hal yang membuat saya terharu adalah mereka berinisiatif untuk tampil dan berdandan sendiri tanpa diminta oleh pihak sekolah. Kontribusi yang luar biasa!
Credit: Tim Medsos KPP Pratama Jakarta Cilandak |
Sebagian besar peserta angkat bicara ketika diberikan kesempatan, memberikan opini dan menjawab pertanyaan yang diberikan. Meskipun semua peserta telah mendapatkan pelajaran perpajakan (sebab berasal dari jurusan akuntansi dan perbankan syariah), namun belum serta-merta memahami betapa pentingnya pajak dalam kehidupan berbangsa dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Itulah bedanya pengetahuan dengan pemahaman. Tahu sesuatu belum tentu mampu mengubah perilaku. Namun dengan pemahaman dan kesadaran yang menyentuh hati, karakter yang baik akan terbentuk dan mampu mengubah sebuah bangsa.
Setelah materi diberikan, terlihat wajah-wajah cerah yang semringah, senang karena menerima banyak hadiah, dan siap berkomitmen untuk menjadi duta pajak yang akan meneruskan materi ini kepada lingkungan sekitarnya. Diri saya yang tadinya sempat pesimis melihat permasalahan kenakalan remaja, seketika terpantik harapan yang menyala, tentang masa depan Indonesia yang lebih cerah setelah mendengar komitmen mereka. Misi kami mungkin selesai untuk hari itu, tapi perjalanan panjang masih menanti dalam program inklusi kesadaran pajak dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Pada tanggal 11 Agustus 2017 juga telah ditandatangani Perjanjian Kerja Sama antara DJP dengan Kemendikbud sebagai lanjutan dari MoU yang telah dilaksanakan pada tahun 2014 lalu. Ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa. Penulis berharap hal ini dapat segera memberikan dampak positif dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Penyampaian materi kesadaran pajak kepada siswa akan sejalan dengan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang dicanangkan Kemendikbud dan memperkuat nilai-nilai utama karakter yaitu Religius, Nasionalis, Mandiri, Integritas, dan Gotong-Royong. Kedua pihak akan bersinergi dalam mengkaji bagaimana sistem pembelajaran yang tepat agar materi kesadaran pajak dapat ter-inklusi dengan baik dan menjadi salah satu senjata dalam mengubah karakter bangsa. Semoga kerja sama ini dapat berjalan dengan baik dan berhasil dalam mewujudkan generasi emas di tahun 2045. Generasi yang hebat, sadar pajak, dan kelak mampu berkontribusi dalam membangun negara, meneruskan perjuangan para pahlawan bangsa.
Dirgahayu Indonesiaku, berbanggalah pada generasi yang tiada pernah berhenti mencintaimu. Merdeka!
Sumber: