The Burning Giraffe by Salvador Dali |
Hari itu diingatnya langit sewarna karamel cair.
Jalanan pucat berdebu lama tak tersentuh air. Babah masih tekun berkutat dengan
barang barunya yang kuno, pesawat telepon antik dengan bentuk kotak yang aneh. Dunia
A Ling masih sedamai kemarin, hingga tiba-tiba….
Praaanggg! Lalu...buk!!
Teriakan mamah menggema. A Ling tak berani
keluar kamarnya. Dia berlari dan sembunyi di dalam lemari. Lututnya gemetar dan
napasnya memburu tiada henti. Dia ingin menangis tapi ditahannya sendiri. Dia
berusaha memahami apa yang dilihatnya tadi.
Dia melihat gerombolan setan dengan wujud manusia melumpuhkan babah, menyeret mamah dan mencabiknya di antara kabel
telepon dan asap. Oh ya ada asap! A Ling melupakan boneka-boneka jerapahnya
yang mengepulkan asap. Juga semua barang yang ada di rumahnya. Juga semua
kenangan-kenangannya. Gerombolan itu mulai memasuki kamar dan menjarah semua
yang bisa dijarah. Tinggal sejengkal lagi menuju lemari. A Ling mengeratkan
pelukan di lututnya.
* * *
16 Tahun Kemudian, Mei 2014.
Seorang wanita muda melangkahkan kaki menuju
podium. Kilatan blitz dan tepuk tangan memenuhi ruangan. Suasana riuh hening seketika
saat wanita itu berkata :
“Saya mendedikasikan penghargaan ini kepada
semua korban yang pernah menjalani hari-hari seperti saya. Hari-hari yang kelam
dan kelabu. Yang membuat kami terpuruk dan merasa terhina. Tapi ada satu titik
balik dalam hidup saya, yang membuat saya bangkit dan memutuskan untuk
membaktikan hidup saya bagi negeri ini. Negeri yang dulu pernah membuat
keluarga saya hancur dan tercerai-berai. Satu titik dimana ibu saya
mengingatkan bahwa tidak ada yang dapat menjadikan saya seorang pribumi kecuali
bukti dan bakti cinta pada negeri. Dan bahwa nasionalisme bukanlah ditandai
dengan bentuk fisik atau ras tertentu, selama kita meyakini bahwa tidak
ada yang dapat menghalangi kecintaan kita pada negeri ini. Tidak dendam
sekalipun. Maka saya memilih untuk memenangkan rasa damai bagi hidup saya, dan
mengizinkan saya mengubur masa lalu yang kejam di bawah kaki saya….”
Jumlah kata : 407 kata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila berkenan sila tinggalkan jejak ya ^_^