Sumber |
Angin malam terus saja mempermainkan
helai demi helai rambutmu. Hampir membuatmu kehilangan konsentrasi. Tapi
mulutmu tetap saja tak mau berhenti.
“Alam nasyroh laka shodrok…,”
teriakmu lantang membuat hatiku makin mengembang. Satu hafalan surat baru jatah
hari ini, sedikit lagi pasti bisa kau tuntaskan.
Kau genggam tanganku erat,
sesekali membantumu menjaga keseimbangan akibat jalan yang licin dan terjal.
Perjalanan malam ini nampaknya takkan lebih mudah dari biasanya.
“Alladzii ang…ang…,” kau mulai
putus asa.
“Qodho dzohrok,” sahutku segera.
Seketika kau nyengir, membuatku
makin teringat ibumu. Benar kata orang, tak satu pun jejak fisikku menurun
padamu. Buatku tak mengapa. Warisan fisik tak lebih penting daripada warisan ideologi.
Setidaknya di umurmu sekarang ini, jumlah hafalanmu lebih banyak daripada
jumlah hafalanku di usia yang sama. Dan itu sudah cukup membuatku luar biasa
bangga.
“Warofa’naa laka dzikrok,”
suaramu semakin lantang.
“Ammar, sebentar lagi sampai di
rumah Bunda,” tukasku.
Wajahmu seketika murung. “Ammar
mau sama Ayah saja…. Kan hafalannya belum selesai disetor semuanya, Yah.”
Aku berjongkok di hadapanmu.
Kutatap lembut matamu lalu kubelai rambutmu yang halus.
“Anak shaleh, nanti kalau minggu
depan giliran Ayah yang menemani Ammar, boleh setor lagi ya…,” hiburku masygul.
Aku sendiri tak begitu yakin dengan apa yang kujanjikan.
Kau mengangguk lemah lalu buru-buru
berlari ke halaman rumah ibumu, rumah yang dulunya kita tempati bersama. Entah
bagaimana air mukamu sekarang. Aku tak berani membayangkannya sebab aku sendiri
sibuk menata hatiku yang terguncang tiap kali perpisahan ini tiba.
Entah apakah pekan depan
giliranku akan tiba. Sepertinya hasil pengadilan agama akan segera keluar dan
aku tak yakin apakah ibumu tetap membolehkan kita rutin bertemu seperti
biasanya.
Maafkan ayahmu ini yang belum
bisa mengerti kenapa semua musibah ini terjadi. Maafkan ayahmu ini yang tak
pernah bisa berhenti mencintaimu, Anakku.
Lirih kuteruskan hafalanmu, “Fainnama’al
ushri yusro…. Innama’al ushri yusro….*”
Rintik hujan turun mengiringi. Air
mataku menitik semakin deras.
Jumlah kata : 300 kata.
*Quran Surat Al-Insyirah ayat 5-6 :"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
Nggak ngetwist tp nyentuh. Jd inget temen mff
BalasHapusTrims Jiah sudah mampir :)
HapusAh, sepertinya saya sudah lelah mengejar twist yang tak kunjung tiba, hehe....