Amba berlari terengah-engah. Tangan
mungilnya menggenggam erat sebuah bungkusan. Tak dihiraukannya sandalnya yang
putus sebelah. Peluh membanjiri kausnya yang kumal. Baru kali ini dia berhasil
menuntaskan misinya.
Sesampainya di dekat kebun pisang, Amba
membuka bungkusan itu dan membersihkan isinya. Syukurlah hari ini akhirnya
adikku bisa makan, pikirnya. Segera dia berlari menerobos semak belukar dengan
tak sabar. Tujuannya masih jauh sedangkan hari mulai gelap.
Seperti ribuan orang lain yang hari-hari itu ketakutan, Amba
harus tidak lagi punya masa lalu. Dilupakannya
kenyataan bahwa ayahnya hilang tanpa kabar semenjak kerusuhan itu, entah
kerusuhan ke berapa yang terjadi di bulan itu. Dilupakannya ibunya yang menjadi
gila karena melihat kepala ayahnya yang terpancang di atas tiang di depan
gerbang desa. Dilupakannya semua kenangan indah yang pernah terjadi ketika
mereka masih berkumpul. Yang diingatnya hanya satu, dia harus bisa memberi makan
adiknya. Sebagian besar keluarganya kembali ke tanah kelahirannya, sedangkan
sebagiannya lagi binasa. Untuk sementara waktu Amba memutuskan untuk bertahan
tinggal di desanya, meski desa itu telah menjadi desa mati.
* * *
Angin dingin menusuk tulang ketika
Amba sampai di pintu rumahnya. Dengan senyum mengembang diucapkannya salam pada
adiknya dan dihampirinya adiknya yang sedang terbaring di tempat tidur.
“Ada makanan Dik, makanlah…, “
ucapnya lembut sambil mengelus-elus dahi adiknya.
Dalam diam Amba menghabiskan
makanannya sambil menitikkan air mata.
Tiba-tiba…brakkk! Pintu yang didobrak
dari luar mengagetkan Amba. Tubuhnya reflek melindungi adiknya.
“Jangan ambil adikku…!”
Seorang pria berseru sambil menutup
hidungnya, “Rupanya di sini sumber baunya. Pak Polisi, tolong itu mayatnya
diambil dulu! Kami sudah tak tahan baunya…!”
Amba menangis melolong-lolong. Tak rela
adiknya dirampas oleh para petugas itu. Hanya dialah satu-satunya alasan Amba
masih bertahan di Sampit.
* * *
Jumlah kata : 276 kata
wah,,
BalasHapusadik nya udah meninggal...
Iya...kan sudah berhari-hari tidak makan :( Trims sudah mampir....
BalasHapushiks.... kasihan....
BalasHapusIya...hiks...*bagi tisu
HapusPas baca nama ummu zukhrufa aku wes curiga ini Lia :")
BalasHapusHihihi, thanks to Ninoy karena aku jadi berani nulis lagi, ngiri ma kamu ;b tulisannya bagus2 hihihi, siapa tau ada proyek bikin buku pingin ikutan kayak kamu. You've been inspiring lots, thanx again!
HapusAku malah udah hiatus nulis. Cuma silent reader aja sekarang .__.
BalasHapusPasti bisa lebih keren kalo Lia siii... Udah bawa pulang banner BC beberapa kali. Semangaaat ^^