Sumber |
“Ya*! Mi Young-ah*, akhirnya lukisan untukmu
sudah selesai,” Kim Tae Hee memandang hasil karyanya puas.
“Kamsahamnida Appa*…. Lama sekali baru selesai.
Sudah berbulan-bulan ‘kan?” Kim Mi Young tersenyum senang. “Baguskah Appa?” dia
bertanya lagi.
Senyum di bibir ayahnya langsung sirna. Didekatinya
putri tunggalnya. Didekapnya erat dan lama.
“Mianhae*. Karena Appa kamu jadi seperti ini.
Appa janji setelah operasi besok kamu akan bisa melihat lagi. Bisa melukis lagi
seperti dulu. Kelak kamu akan membuat Eomma* dan Appa-mu ini bangga,” ayahnya
berkata sambil menatap lurus ke mata putrinya. Mata yang kehilangan cahaya
karena kesalahannya dulu.
“Kwaenchansseumnida* Appa. Jangan bersedih
lagi. Sudah bertahun-tahun Appa menyiksa diri. Menyalahkan diri sendiri pun
takkan dapat mengembalikan Eomma dan penglihatan Mi Young ‘kan? Lagipula selama
ini Appa sudah bekerja keras mengumpulkan won demi won untuk operasi besok.
Appa harusnya berbahagia,” hibur putrinya.
Mata ayahnya berkaca-kaca. “Apapun yang
terjadi, setelah operasi besok Appa akan selalu bersamamu Mi Young-ah. Jadilah
putriku yang kuat dan selalu menebar kebaikan ya!”
Putrinya mengangguk mantap.
***
Perban yang menutupi mata gadis itu telah
dibuka. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya. Dunianya yang gelap kini terang
seketika. Dia memejamkan mata lagi, tak kuasa menahan sensasi yang lama
dirindukannya. Penglihatannya mulai normal, pupil dan retinanya telah
beradaptasi.
Pandangannya pelan menyapu ruangan. Senyumnya merekah
ketika dilihatnya sesosok tubuh. Namun tak lama senyum itu sirna ketika dia
sadar itu bukan ayahnya.
“Samchon*…. Appa dimana?”
Pamannya menatap dalam diam. Matanya sembap dan
tangannya bergetar ketika mengangsurkan sepucuk surat. Sebuah surat dari
ayahnya.
Mi Young membaca baris demi baris dengan alis
berkerut. “Itu tak mungkin terjadi! Katakan padaku bahwa ini bohong…,”
teriaknya diiring air mata yang berderai.
“Mengertilah Mi Young-ah, sangat sulit mencari
donor mata untukmu. Appa-mu sudah berusaha terbaik, dia juga ingin menebus
kesalahannya dulu….”
“Samchon tahu kecelakaan itu terjadi karena
Appa terkena serangan jantung mendadak. Samchon juga tahu Appa tak seharusnya
dioperasi karena bisa terjadi komplikasi. Akibatnya bisa fatal! Sekarang Appa
dimana?”
Pamannya sesenggukan. “Appa-mu…. Relakanlah Mi
Young-ah, dia sudah berkumpul dengan Eomma-mu. Appa-mu juga telah
menandatangani surat tidak akan menuntut pihak RS bila terjadi komplikasi atau
kematian.”
Lutut gadis itu melemas. Dia berteriak
sekeras-kerasnya. Begitu kencang seakan ingin meluapkan kepedihannya. Dirabanya
kedua matanya. Mata ayahnya.
Gadis itu tergugu. Diingatnya lagi percakapan
dengan ayahnya semalam.
“Appa, lukisan apakah itu?”
“Matamu yang indah, dan tangan-tangan Appa. Banyak
sekali. Seandainya Appa bisa menambahkan lebih banyak tangan. Sayang sekali
waktunya tak cukup.”
“Tangan? Untuk apa? Bukankah setelah aku bisa
melihat nanti Appa akan terus melukis untukku?”
Ayahnya hanya tersenyum dan mengacak lembut rambut
putrinya.
“Buatlah lukisan untukmu sendiri, Appa akan
selalu bersamamu….”
Dia tersadar bahwa ayahnya memang akan selalu
bersamanya.
Jumlah kata : 427 kata
Arti kata :
Ya = Hei
Mi Young-ah = akhiran -ah/-ya menunjukkan
panggilan kesayangan
Kamsahamnida = Terima kasih (formal)
Appa = Ayah
Mianhae = Maaf (nonformal)
Kwaenchansseumnida = Tidak apa-apa (formal)
Samchon = Paman dari pihak ayah
Wahh belajar bhs Korea nih :D
BalasHapusKadang nonton saja mbak, jadi terbiasa dengar, hehe
HapusPengen belajar nulis dg setting budaya lain. Pelan-pelan
Thanks sudah mampir dan komen :)