Sumber |
Rayhan berkali-kali mengerjapkan
matanya, tak percaya melihat sosok menakjubkan di hadapannya.
“Jadi benar ini dompet Tuan?”
tanya gadis cantik di hadapannya lagi, berusaha membuyarkan kebengongan lawan
bicaranya.
“Te...terima kasih ya, sudah
susah payah mengembalikan dompet ini sampai ke rumah saya. Sa..saya ambilkan
minum, ya. Ma...mau minum apa?”
Gadis itu menggeleng. “Insya
Allah saya sedang puasa,” jawabnya kalem.
Jawaban itu sontak membuat Rayhan
refleks mencengkeram dada, khawatir jantungnya akan mencelat sebab tak kuat
menahan debaran yang begitu kencang.
Alamak! Gawat sekali, pikirnya.
Bertahun-tahun dia mencari belahan jiwa dan kini tiba-tiba sosok idamannya
hadir tanpa diduga lewat perantara dompetnya yang hilang. Hal yang dulu
dianggapnya sebagai musibah besar tiba-tiba disadarinya sebagai sebagai berkah
yang tertunda.
“Hmm...maaf lo, ya, sebenarnya...
ketika dulu dompet ini hilang saya sempat bernazar. Apabila yang menemukan
dompet ini lelaki maka akan saya jadikan saudara angkat, sedangkan apabila yang
menemukan dompet ini perempuan maka akan saya jadikan istri. Tapi, eh, maaf lo
ini...saya gak tahu apa nazar saya ini bisa terlaksana atau tidak...,” urainya
malu-malu.
Gadis itu terbelalak, tak percaya
dengan apa yang baru saja didengarnya. “Be...benarkah itu?”
“Yah, tentu saja benar. Kan kalau
nazar harus dilaksanakan. Yah...asal perempuan itu masih single dan mau menikah dengan saya....”
“Lalu, apakah dia nanti akan
tinggal di sini? Di rumah besar ini?”
Rayhan mengangguk.
“Bagaimana kalau dia seorang
janda miskin dan punya banyak anak?”
Rayhan terkejut, tak
mengantisipasi pertanyaan itu.
“Apakah Anda seorang...janda?”
tanyanya hati-hati.
Gadis itu tergelak, “Saya? Janda?
Hahaha...tentu saja tidak. Menikah saja belum!”
Rayhan mengembuskan napas, lega.
Mata gadis itu terlihat
berkaca-kaca. “Saya tak pernah menyangka di zaman sekarang ini masih ada orang
yang baik dan berkomitmen dengan nazarnya. Ibu saya pasti akan gembira punya
calon suami seperti Tuan.... Selama ini hidupnya selalu menderita.”
“Eh, I...Ibu?”
“Iya, ibu sayalah yang sebenarnya
menemukan dompet Tuan....”
Lutut Rayhan tiba-tiba terasa
lemas.
Jumlah kata: 300 pas!