Rabu, 29 April 2015

#FFRabu - SURAT-SURAT KEPADA TUHAN

Sumber




“Tuhan, berikanlah padaku jodoh seorang pria yang tampan dan kaya.”


“Tuhan, berikanlah padaku jodoh seorang pria yang shalih dan berhati mulia.”


“Tuhan, berikanlah padaku istri yang shalihah sebagai penyejuk mataku.”


“Tuhan, benarkah dia jodohku? Sepertinya dia bukan orang kaya….”


“Tuhan, benarkah dia jodohku? Apakah dia benar-benar mampu menjadi imam bagiku?”


“Tuhan, berikanlah petunjukmu, manakah yang harus kupilih? Sang Kakak yang cantik jelita atau si Adik yang bersahaja?”


“Tuhan, aku ingin jodoh yang lebih kaya. Aku mohon, pertemukanlah aku dengan lainnya….”


“Tuhan, terima kasih telah memberikan jodoh untuk kakakku.”


“Tuhan, aku sudah memilih : sang Kakak untuk ayahku, si Adik untukku.”


Jumlah kata : 100 kata.

Prompt #76 - Chronicle de Gargoyle

Sumber


Jangan pernah tanya siapa sebenarnya aku, karena aku takkan pernah bisa menjawabnya. Sejak dulu, aku sudah seperti ini. Tubuhku menjadi patung setiap kali terkena sinar matahari. Dan itu sungguh menyiksaku. Membuatku merasa terkekang dalam tubuhku sendiri, tanpa pernah mampu menuntaskan dahagaku akan darah. Ya, itulah sedikit kegemaranku di saat malam tiba, berburu darah manusia. Itu pun juga bukan sembarang manusia. Aku hanya menyukai darah manusia yang berwatak kejam dan berhati keji. Dan tahukah darah apa yang paling kubenci? Darah orang-orang suci adalah yang terburuk. Mereka yang seumur hidupnya menahan nafsu duniawi selalu membuatku lemah dan merasa terkutuk. Beruntung sekali akhir-akhir ini jenis manusia seperti ini semakin berkurang. Aku semakin bebas berburu, terutama bila bulan keperakan sempurna bersinar di langit, membuatku semakin leluasa mengejar mangsaku.
Malam ini adalah malamku yang sempurna. Bulan purnama bersinar terang tanpa sedikit pun awan hitam melingkupinya. Sayapku yang kokoh mengepak di langit, berputar-putar mengitari daerah ini semenjak gulita penuh merajai bumi. Taringku mulai basah, penuh liur berceceran, seakan rindu melepaskan dahaga. Mataku nyalang menatap dataran yang terhampar, mencari calon korban baru yang terbengis, sebab darah mereka mampu membuatku kenyang lebih lama. 
Di salah satu titik kutangkap bayangan seseorang yang berbuat keonaran. Ah, seorang pencuri ternak sedang beraksi rupanya! Cih, kurang menarik! Kubelokkan arah terbangku ke daerah pegunungan. Malam masih panjang, setidaknya aku bisa mencari seorang pembunuh untuk kumangsa.
Ah, itu dia! Seorang pria sedang membawa sebilah pedang berlumuran darah. Di sampingnya tergeletak sebujur tubuh yang memucat. Akhirnya, kesabaranku tidak sia-sia.
Dalam keheningan kudaratkan kakiku pelan di atas tanah. Kudekati sosok pria itu dari belakang tanpa menimbulkan suara. Cakar-cakarku seketika mencuat dari ujung-ujung jariku, siap menerkamnya. Tiba-tiba dia berbalik menantangku.
“Kau pikir bisa memangsaku, Gargoyle tua?” hardiknya sambil mengacungkan pedang. Sial! Pedang itu bersinar terang, nyaris membutakanku!
“Grooaaarrgh!”
“Meraung saja sesukamu! Kau takkan bisa mengalahkanku! Aku sudah curiga kaulah pelaku semua pembunuhan di daerah ini. Sebelumnya kupikir Von Dracula pelakunya, ternyata aku salah!”
Aku menggeram lagi. Kali ini menyadari ada sosok lain yang mengepungku dari belakang.
“Benar, kan, Van Helsing. Bukan aku pelakunya. Aku hanya menyukai darah perawan dan janda muda. Sudah kubilang semua korban itu bukan seleraku,” ujar pria yang tadi tergeletak di tanah. Ah, rupanya dia hanya pura-pura.
Crass!
Aaak! Sabetan pedang itu hampir saja memutus sayapku!
“Grooaaarrgh!”
Kucoba mengepakkan sebelah sayapku yang utuh. Sebentar lagi matahari bersinar terang. Aku tak ingin orang-orang heboh mendapati patung Santo yang biasa mereka ziarahi berpindah tempat tanpa sebab.
Jumlah kata : 400 kata.

Yuk, ikutan Prompt #76 MFF di sini ya!

Rabu, 22 April 2015

#FFRabu – MAMA DAN LOUIS



“Louis!”


Lagi-lagi ibunya memanggil, mengusik remaja lima belas tahun itu.


“Ya! Sebentar lagi selesai, Mama!” teriaknya dari dalam kamar.


Ibunya menggeleng sambil menghela napas. Ditatanya beberapa iris roti baguette dan semangkuk sup krim jamur di atas nampan, lalu diantarkannya ke kamar putranya.


“Mau menulis sampai kapan? Kamu belum makan seharian!” tegur ibunya.


Remaja itu tersenyum. Aroma sup ibunya sungguh menggelitik perutnya. Namun dia menggeleng. Wajahnya kembali serius menekuni pekerjaanya semula, menusuk-nusukkan stylus ke sehelai kertas tebal di atas papan kayu.


“Sebentar lagi buku yang akan menerangi dunia orang-orang sepertiku akan selesai, Mama!”


Nyonya Braille tersenyum haru memandang putranya yang gembira

 
Sumber


Jumlah kata : 100 kata.


Stylus : alat semacam paku yang digunakan untuk membuat huruf Braille sebelum ditemukan mesin pencetak huruf Braille.

Selasa, 21 April 2015

Prompt #75 – MENANTI BAYU



Prang!!

Satu lagi gelas pecah, kali ini berisi teh hangat. Hampir sejam berlalu dan dinding kamarku sudah penuh noda tumpahan jus, susu cokelat, susu kedelai, dan entah minuman apalagi.

Kupandangi tanganku yang gemetar. Dari beberapa bagiannya yang tergores mulai menetes darah segar.

Tapi dia tetap saja mendatangiku dengan senyum terkembang. Meski matanya sayu dan wajahnya kuyu, namun masih digenggamnya segelas minuman untukku. Kali ini dengan gelas plastik, mungkin karena sudah tidak ada lagi gelas kaca yang tersisa di dapur.

“Bah! Apa ini?” Kutepiskan minuman itu. Gelas plastik berwarna pink menggelinding hingga berhenti membentur tembok. Tumpahannya menambah warna-warni genangan di lantai.

Setetes peluh menetes di keningnya. Matanya jelas memerah tapi dia tetap saja tersenyum. Diambilnya sehelai tisu dari atas meja rias lalu dia berjongkok di hadapanku. Dengan lembut dibalutnya buku jariku yang terluka.

Sumber

“Kamu belum makan seharian, Ran. Kubuatkan teh hangat lagi, ya. Atau kamu mau minuman lain? Bajigur? Sekoteng? Aku masih bisa keluar jam segini, kayaknya masih ada yang jual…,” bujuknya lirih. Suaranya terdengar serak. Kutahu dia pun belum makan seharian ini sebab menungguiku. 

Tiba-tiba kudorong tubuhnya hingga terjengkang. “Aku tak butuh semua itu! Aku butuh Bayu, Ndra! Aku mau dia kembali! Dia sudah janji menikah denganku besok! Mana Bayu, Ndra?” teriakku histeris.

Dia mendekapku erat. Tak juga dilepaskannya meski aku terus meronta. Aku terus berteriak memanggil nama Bayu.

“Kakakku sudah meninggal kemarin, Ran. Kamu lupa? Tak ada cara lain. Kita harus menikah besok atau bayi di kandunganmu ini selamanya takkan pernah punya bapak,” ucapnya sambil menatapku tajam. Mataku berkaca-kaca.

Jumlah kata : 250 kata.

FF ini ditulis buat ikutan Prompt #75 MFF di sini. Ikutan yuk!

Jumat, 17 April 2015

Prompt #74 – PENJUAL ES LOLI



Sumber


“Pulang sekolah nanti langsung ke rumah ya, jangan ke mana-mana. Akhir-akhir ini sering kejadian anak hilang,” samar kudengar suara ibu Putri dari luar pintu.

Sesaat kemudian Putri keluar dengan wajah kuyu. Sepanjang jalan dia hanya membisu. Aku tak berani mengganggunya. 

Saat jam istirahat tiba, semua anak-anak di kelas heboh membicarakan hilangnya murid kelas sebelah.

“Tahu gak, sampai sekarang Maya belum ketemu juga. Padahal jarak rumahnya dari sekolah kan gak begitu jauh. Kok bisa, ya?” kata Ari, heran.

“Katanya sih, terakhir kali ada yang lihat dia beli es loli stroberi di abang-abang yang suka mangkal di depan sekolah kita,” ujar Mira.

“Kata ibuku, aku gak boleh beli es loli di abang-abang itu, soalnya orangnya aneh,” celetuk Budi.

Tiba-tiba Putri menyahut, “Iya, betul! Kata ibuku juga, abang-abang itu misterius banget. Ada yang bilang semenjak dia jualan di sini, mulai banyak kejadian anak hilang.”

Semua anak yang berkumpul di ruangan itu seketika menjadi riuh. Sebagian mempercayai cerita Putri, sebagiannya lagi sangsi. Aku hanya diam di sudut kelas, merasa tak setuju dengan cerita itu.

Saat di perjalanan pulang, Putri terlihat cemas. Berkali-kali dia melihat ke belakang. Dia menengadah ke langit, merasa menyesal pulang terlambat karena terlalu asyik bermain sepulang sekolah. 

Dipercepatnya langkah saat melewati sebuah kebun kosong di tikungan jalan. Daerah ini terkenal angker. Kupercepat pula langkahku.

Tiba-tiba terdengar dering bel sepeda.

“Kring…kring!”

Kami tersentak kaget. Sesosok pria berdiri mengahadang, membuat Putri gemetar.

“Pe-penjual es loli!” desisnya. Keringat bercucuran di dahinya. Ketakutan terbayang jelas di matanya.

“To-tolooong! Jangan culik akuuu!” jeritnya sambil tunggang langgang, meninggalkanku.

Aku hanya terpaku di tempatku, menatap sosok yang menatap tajam ke arahku.

Tiba-tiba dia menggeram, membuatku tersentak. 

Dia…bisa melihatku?

“Jangan ikuti anak itu lagi! Kita punya alam yang berbeda! Kembalikan anak-anak yang sudah kau culik!” hardiknya.

Aku terkekeh. Berani juga orang ini.

Mulutnya tiba-tiba komat-kamit. 

Sial! Kakiku mulai berasap!



Jumlah : 300 kata.

Ikutan Prompt #74 MFF di sini yuk!