Prang!!
Satu lagi gelas pecah, kali ini berisi teh hangat.
Hampir sejam berlalu dan dinding kamarku sudah penuh noda tumpahan jus, susu
cokelat, susu kedelai, dan entah minuman apalagi.
Kupandangi tanganku yang gemetar. Dari beberapa
bagiannya yang tergores mulai menetes darah segar.
Tapi dia tetap saja mendatangiku dengan senyum
terkembang. Meski matanya sayu dan wajahnya kuyu, namun masih digenggamnya
segelas minuman untukku. Kali ini dengan gelas plastik, mungkin karena sudah
tidak ada lagi gelas kaca yang tersisa di dapur.
“Bah! Apa ini?” Kutepiskan minuman itu. Gelas plastik
berwarna pink menggelinding hingga berhenti membentur tembok. Tumpahannya
menambah warna-warni genangan di lantai.
Setetes peluh menetes di keningnya. Matanya jelas
memerah tapi dia tetap saja tersenyum. Diambilnya sehelai tisu dari atas meja
rias lalu dia berjongkok di hadapanku. Dengan lembut dibalutnya buku jariku
yang terluka.
Sumber |
“Kamu belum makan seharian, Ran. Kubuatkan teh
hangat lagi, ya. Atau kamu mau minuman lain? Bajigur? Sekoteng? Aku masih bisa
keluar jam segini, kayaknya masih ada yang jual…,” bujuknya lirih. Suaranya
terdengar serak. Kutahu dia pun belum makan seharian ini sebab menungguiku.
Tiba-tiba kudorong tubuhnya hingga terjengkang.
“Aku tak butuh semua itu! Aku butuh Bayu, Ndra! Aku mau dia kembali! Dia sudah
janji menikah denganku besok! Mana Bayu, Ndra?” teriakku histeris.
Dia mendekapku erat. Tak juga dilepaskannya
meski aku terus meronta. Aku terus berteriak memanggil nama Bayu.
“Kakakku sudah meninggal kemarin, Ran. Kamu
lupa? Tak ada cara lain. Kita harus menikah besok atau bayi di kandunganmu ini selamanya
takkan pernah punya bapak,” ucapnya sambil menatapku tajam. Mataku
berkaca-kaca.
Jumlah kata : 250 kata.
FF ini ditulis buat ikutan Prompt #75 MFF di sini. Ikutan yuk!
Wah. Adiknya menggantikan sang kakak.
BalasHapusYa, Mas. Keknya gak bakalan terjadi di dunia nyata deh :)
HapusBagus. Tp detil emosi kurang dibangun. *ceileh abaikan
BalasHapusTrims masukannya. Saya memang ngerasa kalau kurang detil di emosi. Makanya mau sering2 nulis biar tambah pinter :) Thanks.
HapusMis:--> Aku terus berteriak memanggil nama Bayu.
HapusBisa diganti jadi show- dont -tell. *ngajarin *dikeplak
Siiip! Thanks ya :)
Hapushe eh deh nikahin aja ... huhuhu
BalasHapusYoiiii. Bukankah lebih baik kalau yg menikahi setidaknya mahram si jabang baby sendiri, ya to?
Hapuskan si Mahram udah mati? Yg penting si Jabang punya bapak, to?
HapusLah, kan pamannya si baby masuk mahram juga to? Hehe.... Kasihan sekali bayi ini, belum lahir sudah gak punya babe :(
Hapus