Selasa, 23 Desember 2014

MESIN PELAGANG WAKTU



Sungguh tak pernah kusangka, ternyata begitu rupa asyiknya berkelana. Tak pernah kutahu ke mana mesin ini membawaku, atau melemparku dalam petualangan baru. Ah, pantas saja Kakek dulu sering maherat beberapa masa, membuat kami kelimpungan mencarinya. Kakek yang aneh namun jenius, yang setiap dongeng dan ajarannya membuatku terbius. Hilang bosan mendengarnya seharian, dulu, sebelum terakhir beliau pergi.

Kupencet lagi tombol warna biru, mencoba kembali peruntunganku. Kuharap tak sesial sebelumnya, tombol merah membuatku celaka. Napasku masih memburu, terengah-engah setelah terdampar di zaman batu. Kali ini aku tak mau lagi dikejar-kejar manusia gua atau hewan prasejarah. Kutangkupkan kedua tangan lalu berdoa. Kupejamkan mata yang nyaris gagal melawan bias sinar dari luar, begitu kuat seperti menelanku dalam ledakan besar. Lalu tubuhku seperti tak terkendali, terhempas ke sana ke mari. Begitulah selalu terasa seperti sebelumnya, hingga tegak kakiku menapak tanah.

Sumber

Kuterhenyak saat membuka mata. Ah, ini era yang berbeda! Banyak benda terbang melayang dan semua orang berbaju menerawang. Benar-benar seperti dalam film fantasi, hal-hal mustahil terjadi. Hewan-hewan bisa bicara, robot-robot menjelma manusia. Kutampar pipiku berkali-kali, meyakinkan diriku sendiri.


“Obi?” sebuah suara memanggilku. Sebelum sempat menoleh, sebuah toyoran mendarat di kepalaku.


“Ngapain di sini? Tak labut kau ikuti jejakku! Berbahaya tau!”


“Lah, Kakek sendiri ngapain?” balasku. Salah sendiri menghilang tanpa jejak. Salah sendiri meninggalkan mesin itu menyala, batinku.


“Sebenarnya sih, kakek lupa koordinat terakhir mesin itu. Kakek juga lupa perhitungan dimensi waktu untuk pulang. Kakek sudah lelah menghitung sembilan kombinasi rumus kuantumnya.”


Senyumku mengembang, masih ada sembilan puluh satu kali lagi kesempatanku bertualang.

Jumlah kata : 250 kata

8 komentar:

  1. (y) mbak :D perjalanan mesin waktu..
    sederhana tapi wah.. FF fantasi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trims Mas Widi
      Perdana nih mampir ke sini
      Sering2 mampir n komeng yaaa :)

      Hapus
  2. Ff fantasinya dapet. Tapi endingnya aku agak lola nih kenapa masih 91 kali lagi? Aku kira si aku bakal pingsan tahu dirinya nggak bisa pulang:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup!
      Kan si Aku memang senang bertualang Mbak, alih-alih pingsan dia malah happy :)
      Kenapa 91 kali?
      Yaaa karena rumus kuantum itu ada 100 kombinasi rumus. Sudah dicoba 9 jadi kurang 91, hehehe....

      Hapus
  3. Owh.haha.kmrn smpe tanya suami emang rumus kuantum ada 100 ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...kombinasinya itu Mbak :D
      Mestinya nanya si Kakek itu mah
      Thanx dah mampir, komen, n nanya looo :)

      Hapus
  4. Idenya keren, Mbak. Cuma, maaf, pemsukan ketiga kosakata itu nggak cocok untuk FF-nya. Gaya ceritanya santai, jadi maksa banget pakai kata2 labut dan maheratnya. Over all, keren, kok! ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha
      Iya Mbak, emang maksa kok
      Untung ff ini bukan buat Pretest, kalau iya pasti udah ketendang dari awal
      Hehehe
      Trims sudah mampir mbak!
      Perdana nih :)

      Hapus

Bila berkenan sila tinggalkan jejak ya ^_^