Rabu, 22 Oktober 2014

Prompt #67 : Rencana B

Sumber

Orang-orang masih berkerumun di depan rumah Pak RW. Para penghuni kampung di bantaran kali ini rupanya masih kukuh dengan pendiriannya. Bahkan kedatangan Sang Pejabat hari ini sepertinya belum mampu memberi solusi bagi permasalahan mereka.

“Bagaimana Pak, hasil negosiasinya?” tanyaku pada Sang Pejabat setelah keluar dari rumah Pak RW. Dia tak menjawab. Belasan tahun bekerja padanya aku paham bahwa ini bukanlah saat yang tepat untuk bertanya.

“Dasar orang pinggir kali, keras kepala! Bagaimana mungkin mereka seenaknya minta kompensasi padahal tanah ini milik negara. Apa boleh buat. Rencana B harus dijalankan,” bisiknya pelan.

Lututku lemas membayangkan harus membakar permukiman ini nanti malam.




Jumlah kata : 100 kata

10 komentar:

  1. mbak, twistnya menurutku kurang nendang....
    tapi asikk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pak, keterbatasan karakter memang kurang mendramatisir, terutama untuk penulis model deskriptif seperti saya :)
      Trims ya Pak sudah berkenan mampir :)
      Jangan bosan memberi masukan lo yaaa

      Hapus
  2. Biasanya emang kayak gitu ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dengar-dengar sih begitu... Tapi kalau di berita di headline nya biasanya tertulis "Penyebab kebakaran belum diketahui secara pasti" begitu....
      Trims mbak sudah mampir :)

      Hapus
  3. 2 koreksi dariku : 1. Kalimat ini >> Bagaimana mungkin mereka seenaknya minta kompensasi kalau tanah ini milik negara. Kata 'kalau' lebih tepat diganti dengan 'padahal."
    2. Permukiman, bukan pemukiman. :)

    Aku suka cerita ini. Ada kritik sosial di dalamnya, menyentil perilaku sebagian orang yang berstatus 'liar' tapi menuntut sesuatu yang bukan haknya. Sekaligus memotret tindakan pejabat yang suka ambil 'jalan pintas'. :)

    BalasHapus
  4. Wah, ceritanya mengandung sentilan sentilun, bagus Mbak :) tapi memang 100 kata itu jadi bikin pusing ya, gimana mengutarakan maksud cerita yang sesungguhnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trims mbak apresiasinya :)
      Memang itulah esensi FF, justru semakin sulit semakin bagus mbak, semakin menantang. Otak rasanya diperas gitu. Saya pribadi lebih menyukai FF karena karakternya yg itu :)
      Mungkin lebih semangat memang gabung di komunitas blogger spt MFF ya jadi senang bisa banyak belajar dari para masternya, banyak yang memberi masukan juga
      Thanks sudah singgah :)

      Hapus
  5. Dari sisi pengeksekusi! ^ _^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup! Tak semua eksekutor rela mengeksekusi sepertinya :)

      Hapus

Bila berkenan sila tinggalkan jejak ya ^_^