Senin, 16 Februari 2015

UMMU HARAM DAN PENAKLUKAN LAUT PUTIH

Assalamualaikumwrwb, para muslimah Kajian Keputrian Masjid Shalahuddin Kalibata Jakarta!

Kali ini saya coba me-resume kajian Shirah Shahabiyyah yang dibawakan oleh Ustadzah Nur Hamidah, Lc. Di bulan Desember 2014 lalu, tentu saja dengan penambahan dari berbagai sumber, agar lebih lengkap dan akurat :)

BIOGRAFI UMMU HARAM BINTI MILHAN

Beliau adalah Ummu Haram binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghannam bin Adi bin Nazar al-Anshariyah an-Najjariyyah al-Madaniyyah.

Beliau adalah saudari Ummu Sulaiman, bibi dari Anas bin Malik pembantu Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah istri dari sahabat yang agung yang bernama Ubadah bin ash-Shamit. Kedua saudaranya adalah Sulaim dan Haram. Keduanya ikut di dalam perang Badar dan Uhud dan kedua syahid pada perang Bi’ir Ma’unah. Adapun Haram adalah seorang pejuang yang tatkala ditikam dari belakang beliau mengatakan, “Aku telah berjaya demi Rabb Ka’bah”.

Ummu Haram termasuk wanita yang terhormat. Beliau masuk Islam, berbai’at kepada Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam dan ikut berhijrah. Beliau meriwayatkan hadis Anas bin Malik meriwayatkan dari beliau dan ada juga yang lain yang meriwayatkan dari beliau.

Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam memuliakan beliau dan pernah mengunjungi beliau di rumahnya dan istirahat sejenak di rumahnya. Beliau dan Ummu Sulaim adalah bibi Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam baik apabila dihubungkan dengan sepersusuan ataupun dikaitkan dengan nasab, sehingga menjadi halal menyendiri keduanya.

Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam masuk ke rumah kami, yang mana tidak ada yang di dalam melainkan saya, ibuku (Ummu Sulaim) dan bibiku Ummu Haram. Beliau bersabda, “Berdirilah kalian, aku akan shalat bersama kalian”. Maka beliau shalat bersama kami pada saat bukan waktu shalat wajib.

Ummu Haram berangan-angan untuk dapat menyertai peperangan bersama mujahidin yang menaiki kapal untuk menyebarkan dakwah dan membebaskan manusia dari peribadatan kepada sesama hamba menuju peribadatan kepada Allah saja. Akhirnya Allah mengabulkan angan-angannya dan mewujudkan cita-citanya. Tatkala dinikahi oleh sahabat agung yang bernama Ubadah bin Shamit, mereka keluar untuk berjihad bersama dan Ummu Haram mendapatkan syahid disana dalam perang Qubrus (Cyprus).

Anas berkata, “Adalah Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam apabila pergi ke Quba’ beliau mampir ke rumah Ummu Haram binti Malhan, kemudian Ummu Haram menyediakan makanan bagi beliau. Adapun suami Ummu Haram adalah Ubadah bin Shamit. Pada suatu hari Rasululllah shallallâhu 'alaihi wa sallam mampir ke rumah beliau, Ummu Haram lalu menyediakan makanan untuk beliau, kemudian Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menyandarkan kepalanya dan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam tertidur. Tidak beberapa lama kemudian beliau bangun lalu beliau tertawa. Ummu Haram bertanya, “Apa yang membuat anda tertawa ya Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam?” Beliau bersabda, “Sekelompok manusia dari kelompokku, mereka berperang di jalan Allah SWT dan berlayar di lautan sebagaiman raja-raja di atas pasukannya atau laksana para raja yang memimpin pasukannya.”

Ummu Haram berkata, “Wahai Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam, do`akanlah agar aku termasuk golongan mereka.”

Kemudian Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam mendo`akan Ummu Haram lalu meletakkan kepalanya dan melanjutkan tidurnya. Sebentar kemudian beliau terbangun dan tertawa.

Ummu Haram bertanya, “Wahai Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam, apa yang membuat anda tertawa?”

Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sekelompok manusia dari umatku akan diperlihatkan kepadaku tatkala berperang di jalan Allah Ta'ala laksana raja bagi pasukannya.”

Ummu Haram berkata, “Wahai Rasululllah! do`akanlah agar saya termasuk golongan mereka.”

Rasululllah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, “Engkau termasuk golongan para pemula.”

PERANAN UMMU HARAM BINTI MILHAN

1.    DALAM POLITIK DAN JIHAD

Ummu Haram binti Milhan merupakan salah satu wanita Anshar yang ikut dalam Bai’at Aqabah beserta tujuh puluh orang Anshar. Hal ini diabadikan dalam Quran Surat Al Mumtahanah ayat 12, artinya, “Hai Nabi, jika datang kepadamu wanita-wanita yang beriman untuk berjanji setia bahwa mereka tidak akan syirik pada Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak mereka, tidak akan berdusta yang mereka adakan di antara tangan dan kaki mereka, dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan bagi mereka dari Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Sebagian orang telah bersikap permisif/berlebih-lebihan (ifraath) dalam mensikapi keikutsertaan wanita dalam masalah-masalah politik, sehingga mereka membiarkan para wanita campur-baur (ikhthilaath) dengan para laki-laki di tempat-tempat umum tanpa ada batas serta membuka aurat (tabarruj) sehingga keluar dari aturan-aturan (dhawabith) syar’iyyah. Inilah sikap orang-orang yang sekuler pada masa ini, sikap seperti ini adalah salah satu bentuk perilaku wanita jahiliyyah sebagaimana kaum musyrikin sebelum Islam, yang disebut oleh DR Muhammad Quthb sebagai Al-Jahiliyyah fil Qarnil ‘Isyrin (jahiliyyah abad-20).

Sementara sebagian kelompok lainnya bersikap overprotektif (tafriith) dalam menyikapi para wanita muslimah, sehingga seolah-olah dunia ini hanyalah milik para laki-laki (Rijal), sementara para wanita harus berdiam di rumah, tidak boleh beraktivitas ke luar rumah dan hanya boleh bertemu laki-laki asing (ajnabi) 3 kali saja seumur hidupnya, yaitu saat ia dilahirkan (waktu diadakan ‘aqiqah-nya), saat ia akan menikah (ta’aruf) dan saat ia dibawa ke kuburnya, maka ini adalah sikap kelompok ghulllat (ekstremis), yang menurut DR Yusuf Al-Qaradhawi disebut sebagai zhahiriyyah-jadiidah (neo-tekstualis).

Peristiwa yang dialami oleh Ummu Haram ini menandakan bahwa Islam tidak melarang keterlibatan wanita dalam berpolitik dan bermasyarakat, serta wanita mempunyai kedudukan yang sama di dalamnya, tentu saja selama memenuhi syarat-syarat syariahnya. Islam jauh dari kedua sikap ekstrim tersebut. Islam menyikapi wanita secara adil dan moderat (wasathiyyah) yang jauh dari ifraath maupun tafriith.

Demikian pula dalam hal jihad. Jauh sebelum kaum feminis menggaungkan emansipasi yang katanya berasal dari Barat, Islam telah lebih dulu diwarnai oleh perjuangan kaum Shahabiyyah yang tangguh dan pantang menyerah. Salah satunya adalah Ummu Haram, sebagaimana do’a dan mimpi Rasulullah SAW.

Apa yang disebutkan oleh RAsulullah SAW itu terjadi pada tahun 28 H/ 649 M, pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan ra. Ketika itu Muawiyyah bin Abi Sufyan atas persetujuan khalifah menyiapkan kapal dan pasukan untuk menaklukkan Pulau Cyprus yang ketika itu berada di bawah kekuasaan Byzantium. Ubadah bin Syamit dan istrinya, Ummu Haram, yang usianya ketika itu sudah cukup tua ikut menyertai pasukan tersebut. Ini merupakan angkatan pertama pasukan Muslim yang melakukan perjalanan jihad melalui laut. Pasukan ini mendarat di kota Larnaca, di bagian selatan pulau Cyprus.

Menurut Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah (2002: 368-9), walaupun pasukan Muslim mendapatkan banyak pampasan dan tawanan perang, pertempuran berakhir dengan perjanjian damai oleh kedua belah pihak. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Cyprus akan membayar upeti tahunan sebanyak 7000 dinar kepada kaum Muslimin.

2.    DALAM MENYEBARKAN ILMU

Ummu Haram termasuk perawi hadits Nabi yang mulia. Dia meriwayatkan lima buah hadits dari Rasulullah SAW. Para sahabat dan tabi’in yang terkenal pun meriwayatkan hadits darinya. Bahkan Tiga buah hadits yang diriwayatkannya diabadikan dalam Kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Ini menandakan bahwa beliau mempunyai ingatan dan hafalan yang baik serta mempunyai sifat yang amanah dan terjaga akhlak serta ibadahnya, sehingga layak menjadi perawi hadits dalam kitab-kitab yang luar biasa ketat penyaringannya tersebut.

3.    DALAM MENDORONG JIHAD KELUARGA

Shahabiyyah yang satu ini sungguh luar biasa. Beliau pernah menikah dengan ‘Amr bin Qais dan mempunyai anak bernama Qais bin ‘Amr. Beliau senantiasa mendukung perjuangan suami dan anaknya, bahkan ketika mereka harus menyertai Perang Badar dan termasuk yang mati syahid pada pertempuran itu. Kemudian ia menikah lagi dengan seorang sahabat Anshar, yaitu Ubadah bin Syamit ra., dan mempunyai anak darinya yang bernama Muhammad bin Ubadah (Ghadanfar, 2001: 185). Subhanallah, pernikahan-pernikahan beliau selalu dilandasi semangat jihad dan keinginan untuk menyebarkan ajaran Islam.


Sumber
WAFATNYA UMMU HARAM

Setelah mengalahkan musuh dan pasukan Muslim bersiap untuk pulang, Ummu Haram mengalami kecelakaan. Ia terjatuh dari baghal (hewan hasil kawin silang antara kuda dan keledai) yang dikendarainya. Leher beliau patah dan beliau pun meninggal dunia disebabkan kejadian itu. Jenazah Ummu Haram kemudian dimakamkan di tepi danau garam, sekitar lima kilometer dari kota Larnaca.

Ummu Haram syahid pada tahun 27 Hijriah dan dimakamkan di Cyprus. Hisyam Al-Ghaz menyebutkan, “Makam Ummu Haram binti Milhan berada di Cyprus. Orang-orang mengatakan bahwa ini adalah makam wanita shalihah.”

Belakangan kerajaan Turki Utsmani menghormati makam Ummu Haram dengan membangun sebuah masjid di sebelahnya. Kompleks makam ini kemudian dikenal sebagai Hala Sultan Tekke (Mirbagheri, 2010: 98). Menurut The Blue Beret (Juni 2003: 8-9), buletin bulanan yang dikeluarkan oleh pasukan perdamaian PBB di Cyprus, Tekke bermakna biara atau tempat ibadah yang dalam konteks Islam biasanya dikaitkan dengan masjid atau makam. Hala Sultan bermakna bibi dari dari seorang pemimpin atau sultan.

Membaca Shirah Shahabiyyah yang satu ini, terbersit pertanyaan dalam hati kita. Di zaman modern yang serba canggih, mudah, dan penuh semangat emansipasi ini, seberapa besarkah semangat jihad dalam jiwa kita? Adakah di antara kita yang mampu memiliki setidaknya setengah dari semangat Ummu Haram? Atau adakah hati kita tergerak untuk meneladaninya dengan menyebarkan kebaikan Islam dan mengorbankan segala-galanya sebagaimana yang dicontohkan beliau?

Wallahua’lambishshowab.

Sumber :

Kajian Keputrian Masjid Shalahuddin Kalibata oleh Ustadzah Nur Hamidah, Lc.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila berkenan sila tinggalkan jejak ya ^_^