Malam belum larut benar dan Winda
masih khusyuk di depan layar. Belasan menit sudah berlalu sedang belahan
jiwanya belum membalas pesannya yang terakhir. Gelisahnya membuncah, rindunya
menggebu. Serasa ingin dia memasuki laptop untuk menepis semua ragu. Baginya Hans
adalah semua anomali dalam hidupnya. Sebuah jawaban atas semua tanya. Penyebab Winda
mengurangi makan dan tidur, hingga berat badannya menyusut tak lagi subur.
Sembilan belas...dua puluh....
Winda menghitung waktu. Dia tahu Hans selalu sibuk. Dan dia selalu rela
menunggu. Hampir tiga puluh menit dan Winda masih setia. Cintanya terperangkap
di ruang tunggu. Seperti juga dirinya, tak bisa berpaling dari Hans dan
pesonanya. Ingatannya melayang ke beberapa bulan lalu, kala ia dan Hans
berkenalan lewat sebuah sosial media. Luar biasa sekali pria ini, pikirnya. Dia
tahu aku tak cantik, tak juga seksi, tapi masih mau denganku, pikir Winda. Dan akhirnya
semuanya mengalir tanpa terbendung. Hari-hari Winda tiada lagi mendung. Meski hanya
tulisan di dinding maya, meski hanya untaian kata mesra.
Winda selalu ingin bertemu, tapi
Hans bilang belum saatnya. Dia terlalu sibuk jadi tak bisa. Winda mengerti dan
mengalah. Selalu begitu. Kerinduannya terperangkap di dalam layar dan dia tidak
bisa apa-apa.
“Hans...kamu sedang apa?” Winda
berbisik dalam hati. Air bening membasahi pipinya.
“Aku sudah memasang webcam untuk hari ini.... Kamu janji
kita bisa bicara hari ini...,” desahnya kalut. Dia berharap tangan Hans bisa
merengkuhnya dan menghapus semua duka. Hampir ia mematikan kamera hingga....
Sketsa oleh Carolina Ratri |
Winda terkesiap. Benarkah itu
Hans? Dia sampai menutup mulutnya dengan kedua tangan tak percaya. Hans...tak
mungkin!
Pria itu begitu sempurna melebihi
khayalannya. Dia merasa seperti itik buruk rupa yang bertemu dengan pangeran. Sangat
tak layak untuk disandingkan. Pertemuan berikutnya aku akan berdandan lebih
cantik lagi, pikirnya.
“Oke Win.... Sabtu depan kita
ngobrol lagi yaaa. Rumah aman kan?”
“Tenang aja Hans, ortuku terlalu
sibuk untukku. Mereka gak akan pernah tau kok,” ujar Winda manja sambil mengancingkan bajunya.
“Sip...dah Cantik!”
***
Pria itu tersenyum simpul. Tak sia-sia
dia menyiapkan semuanya tadi. Rekaman gambar sudah diambil, tinggal diedit
sedikit, pikirnya. Dia sudah mengira Winda akan menjadi sasaran yang mudah. Tentunya
dia bukanlah yang pertama. Hanya saja dia tak menyangka Winda akan lebih berani
berekspresi dibandingkan sasarannya yang lain yang lebih dewasa. Remaja sekarang
memang lebih cepat matang.
Hans alias Rendy alias Dicky,
atau siapapun nama yang nantinya dia pakai untuk berkenalan dengan gadis-gadis
muda, mulai membuat akun baru, melepaskan jeratnya.
"Aku lebih baik dari predator
pemerkosa," desahnya. "Aku hanya mengisi jiwa mereka yang kosong, dan mengajari
mereka hal yang tak sempat diajarkan ibu-ibunya yang selalu sibuk. Aku seperti
air yang menuntaskan dahaga mereka akan kasih sayang dan memberi mereka
pengertian baru tentang cinta dan rindu."
Jumlah kata : 453 kata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila berkenan sila tinggalkan jejak ya ^_^