Minggu, 12 Juli 2020

Menoreh Asa di Bumi Moluku Kie Raha


Di tahun 2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, Anies Baswedan, pernah berkata, “Sebagai orang tua jangan tanya sama anak ‘nanti mau jadi apa?’ tapi tanyakan, ‘kalau besar nanti mau membuat apa?’”

Mengubah paradigma generasi penerus bahwa impian dan cita-cita adalah sebuah kesempatan berkarya alih-alih sebuah peran atau posisi semata, tentu memerlukan sebuah upaya berkesinambungan dan terencana. Untuk itulah Gerakan Indonesia Mengajar hadir di tahun 2010 dengan Kelas Inspirasi sebagai salah satu lini yang diinisiasi pada tahun 2012. Di Ternate sendiri, kegiatan Kelas Inspirasi Ternate (KIT) tahun ini merupakan yang kedua setelah dilaksanakan pertama kali di tahun lalu.

Hari Inspirasi KIT 2 dilaksanakan pada tanggal 8 September 2018 secara serentak di 5 Sekolah Dasar (SD) Negeri di Ternate. Para relawan berjumlah lebih dari 70 orang yang berasal dari berbagai daerah di dalam maupun luar Ternate dan berlatar belakang dari beragam profesi. Mereka telah mendaftar sebagai inspirator atau dokumentator dan terpilih melalui seleksi. Kegiatan dilaksanakan selama setengah hari, namun koordinasi dan persiapan matang dilakukan selama berbulan-bulan oleh panitia dan relawan. 

Selama kegiatan, para inspirator bertugas membagi kisah seputar profesi yang digeluti dan memotivasi para siswa. Sedangkan relawan dokumentator akan mendokumentasikan momen-momen yang berkesan dan mengabadikannya dalam bentuk gambar dan video.

Uniknya, kali ini hampir semua SD di Ternate itu didatangi oleh inspirator dari profesi fiskus atau petugas pajak. Profesi ini memang tak sepopuler dokter, guru, atau tentara. Mengenalkan kata pajak sendiri cukup menantang, apalagi menjelaskan proses mengumpulkan uang negara.

Dok. Panitia KIT2

Tips dan Trik Mengajar

Mengajar anak SD tentu memerlukan strategi khusus dibandingkan orang dewasa. Satu hari sebelum hari H seluruh relawan dan panitia melakukan briefing dan koordinasi terkait perlengkapan dan membahas metode apa yang akan dipakai untuk mengajar.

Dua narasumber hadir untuk memberikan pembekalan. Teknik-teknik ice breaking untuk mencairkan suasana, teknik signaling untuk mengembalikan fokus audiens yang mulai terpecah, dan berbagai macam kreasi tepuk tangan yang menarik perhatian siswa, dibagikan kepada calon inspirator. Narasumber juga berpesan agar inspirator membuat aturan sederhana yang disepakati dengan murid sebelum memulai menyajikan materi.

Pada Hari Inspirasi, para inspirator diminta memakai seragam untuk memperkuat citra profesi yang dilakoni. Karena pegawai pajak adalah bagian dari Kementerian Keuangan, maka seragam atasan berwarna biru muda dan bawahan biru tua yang dipakai di hari Rabu menjadi pilihan utama. Penggunaan alat peraga dan properti terkait pekerjaan yang ditekuni akan mendukung proses pembelajaran.

Mengubah susunan bangku menjadi berbentuk U dan membagi murid dalam beberapa kelompok adalah tips lain agar suasana lebih dinamis dan tidak monoton. Untuk siswa kelas 1-3 SD, materi disampaikan tidak terlalu panjang dan dikemas dengan cara menyenangkan. Bernyanyi, bermain games, atau tebak-tebakan cenderung lebih disukai daripada penjelasan panjang lebar.

Untuk murid kelas 4-6 SD, siswa mulai dapat diajak berkomunikasi dua arah dan dijelaskan melalui tulisan atau gambar. Pada anak dengan umur menjelang remaja, terkadang membutuhkan kesabaran ekstra dalam mengendalikan suasana kelas terutama bagi beberapa anak yang sudah memiliki kelompok sendiri.

Pemberian pujian dan hadiah sebagai apresiasi kepada siswa yang berpartisipasi aktif dan mau mengikuti instruksi selama proses belajar perlu dilakukan. Peserta belajar yang baik harus dijadikan role model bagi temannya. 

Yang menarik, narasumber menyampaikan bahwa bila ada satu-dua anak yang tidak mematuhi aturan yang telah disepakati maka disarankan untuk tidak memberikan perhatian lebih. Jangan menghabiskan waktu dan emosi karena akan memecah konsentrasi teman lainnya dan akan semakin berulah. Ini agak berbeda dengan teori yang pernah penulis baca yaitu agar berdamai dengan si pencari perhatian dan mengubahnya jadi pengikut pengajar.

Terakhir, berikan pertanyaan kepada peserta didik untuk mengukur seberapa jauh pemahaman terhadap materi yang disampaikan.

Pengalaman Penulis sebagai Relawan Inspirator

Menjelaskan pekerjaan fiskus kepada siswa SDN 62 Takome, penulis lakukan sesuai teori yang disampaikan narasumber. Penulis tidak menggunakan metode menulis di papan sebab ingin mengajar dengan metode yang tak biasa. Perbanyak menyanyikan lagu-lagu kebangsaan untuk membangkitkan semangat nasionalisme pelajar dan mulai memperkenalkan fasilitas umum yang dibiayai dari pajak menjadi strategi pertama.

Selanjutnya, penulis memperkenalkan beberapa profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang digaji dari APBN atau APBD. Contohnya profesi guru, dokter pemerintah, polisi, dan TNI. Bahkan presiden dan para menteri. Penulis juga menjelaskan bahwa dari penghasilan tersebut juga dibayarkan pajaknya ke negara. 

Penulis meminta kesediaan beberapa murid untuk berperan sebagai presiden dan menteri. Mereka berpura-pura menjalankan roda pemerintahan dan menggunakan uang pajak yang telah dikumpulkan. Dengan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata tentang penggunaan uang pajak dan menggambarkan peran profesi fiskus. Tak lupa penulis memberikan hadiah kecil kepada peserta didik yang sudah berpartisipasi.

Satu hal yang terlewatkan, penulis lupa membawa mainan uang-uangan sebagai alat peraga. Namun kekurangan itu bukan hal yang perlu dikhawatirkan sebab di akhir pelajaran para murid telah mendapatkan gambaran tentang pajak dan profesi petugas pajak.

Tak lupa penulis sisipkan pesan kepada para murid untuk bersemangat menggapai cita-citanya. Apabila kelak menemui kendala dan belum berhasil mendapatkan apa yang diinginkan maka masih banyak alternatif profesi yang bisa dicoba. Ketika ditanyakan profesi apa yang jadi cita-citanya, sebagian besar murid memang masih memilih pekerjaan yang populer seperti dokter, guru, atau TNI/polisi. Semoga dengan kegiatan Kelas Inspirasi ini dapat menambah referensi siswa dan meluaskan pandangan mereka.

Satu hal yang pasti, sebagai petugas pajak penulis menyisipkan pesan moral tentang betapa pentingnya bersikap amanah dalam semua profesi dan taat dalam menjalankan kewajiban kepada negara, termasuk membayar pajak. Generasi muda adalah generasi yang masih bersih dari prasangka dan pengaruh negatif lingkungan. Alangkah elok bila yang terpatri dalam ingatannya adalah nilai-nilai kebajikan dan semangat berkorban untuk negara.

Dengan mengenal manfaat pajak dan mengetahui profesi fiskus sedini mungkin, bukan tak mungkin di antara mereka akan ada yang tertarik berprofesi sebagai petugas pajak. Dan kalaupun tidak ada, itu bukan sebuah masalah, sebab yang terpenting adalah mereka telah berani bermimpi dan membumbungkan asanya ke langit yang tinggi.(*)

* Tulisan ini telah tayang di www.pajaki.go.id pada tanggal 25 September 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila berkenan sila tinggalkan jejak ya ^_^