Tuhan ampuni aku
Telah durhaka padaMu
Sebab berani memikirkan
seribu satu cara untuk
mati
Ah, maafkan aku
Bilangannya pun tak sampai segitu
Pertama-tama kucoba meminum
racun pembasmi hama
Tapi tak tahan baunya
Lalu kuingat bangkai si Meong punya tetangga
Yang mati kaku setelah
memakan umpan yang salah
Sungguh horor dan tak elegan
Mati dengan pose demikian
Lalu kucoba pernah sekali
Mencekik leher sendiri
Namun tak sampai hati
Lalu kucari seutas tali
terbuat dari rafia
berikutnya dari sabut kelapa
dan lain-lainnya
Berkali-kali tak berjaya
Sebab kursi sebagai tumpuan kaki
Tak sukses utuh jatuh ke bumi
Leherku terkilir sakit sekali
Kucoba pula menandai
di pergelangan sebelah kiri
Garis-garis di sekitar nadi
Siap diiris dengan belati
Tapi sungguh kutak bernyali
Melihat jarum peniti saja kutak berani
Kucoba loncat dari lantai dua
Tapi gagal juga
Malah tersangkut tali jemuran tetangga
Kucoba lewat atap gedung sebelah
Malah dikejar si penjaga
Dikira garong dan sebangsanya
Oh Tuhan ternyata
Begini rasanya
Dihukumi tanpa dihakimi sepantasnya
Babak belur tubuh jadinya
Terakhir kali kuangankan
Membayar pembunuh bayaran
Ya Tuhan aku lupa
Tak satu pun harta kupunya
Semua sudah kusumbangkan
Ke rumah jompo dan panti asuhan
"Bapak terima kasih ya...
atas sumbangannya.
Sekarang kami berbahagia!"
Tuhan
Ampuni aku
Kali ini panjangkanlah umurku
Agar senyum mereka makin merekah
Dan aku bisa menghadapMu
dengan sepantasnya
Edmalia Rohmani, 28 Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bila berkenan sila tinggalkan jejak ya ^_^