Minggu, 11 Februari 2018

Perempuan Pemanggil Hujan

Hujan selalu gerimis di pelupuk matanya
Serupa tetesan intan permata
Yang lalu pecah berkeping-keping
Serpihannya menusuki celah-celah kulit
Menyusup ke dalam pori-pori sanubari 
Menyumbat akal sehat dan nurani

Ia butakan mata tulikan telinga
Dan digoreskan besar-besar di jantungnya:
Aku seorang pendusta

Dia masih memutuskan untuk terus bernapas
Sekadar berkata selamat pagi dan apa kabar dunia
Padahal kakinya lumpuh pijakannya runtuh

Dan ia masih saja berkata:
Aku baik-baik saja

Dekapannya kosong sehampa tatapannya
Tapi ia masih bisa mengukir gambar istana di atas pasir dusta
Dan masih saja berteriak lantang:
Jangan ambil nyawa saya!

Edmalia Rohmani, Solo 8 Februari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila berkenan sila tinggalkan jejak ya ^_^