Rabu, 19 November 2014

Prompt #71 : Titik Nol



Jalanan tak lagi beraspal mulus. Goncangan di atas mobil tuaku menjadi-jadi, tanda tujuanku semakin dekat. Tubuh penat dan hawa dingin yang menusuk tak kuhirau lagi. Sebentar lagi hangatnya mentari akan mengurai kabut dan melumerkan embun di atas dedaunan. Suasana seperti ini selalu membuatmu takjub dan larut dalam kekaguman.

“Sebentar lagi kita akan sampai,” gumamku.

Sumber

Ya, suatu tempat dimana semua kisah ini bermula. Sebuah jembatan di atas Sungai Serayu yang mempertemukan kita tanpa sengaja. Aku dan petualanganku. Engkau dan penelitianmu. Kukira seumur hidup takkan bisa kulabuhkan hati ini pada seorang wanita, meski nyatanya begitu mudah kupatahkan hati siapa saja yang pernah singgah. Tak kusangka semudah itu kautaklukkan hatiku. Entah rumus apa yang berhasil kau resapkan hingga selalu kukembali setelah menghilang berhari-hari. Setelah semua pelarian dan penyangkalan itu. Kau selalu membuatku merasa pulang ke rumah.

“Maaf aku harus pergi...,” itu bisikmu kemarin. Setelah bertahun-tahun kutunggu jawaban yang selalu kautunda. Dengan seribu alasan. Aku tak pernah bisa mengerti apa korelasi antara mimpimu dan hubungan kita. Aku takkan mengekangmu bila kita menikah. LDR pun aku rela menjalani.

“Aku masih ragu,” satu alasan lagi. Tak cukupkah semua cintaku untukmu? Selama ini tiada artinyakah untukmu? Kau kira aku tak tahu kau berdusta di belakangku. Kau kira aku tak secerdas profesor tua yang mendanai penelitianmu, yang pernah tidur denganmu. Aku memang buta tapi tak sebodoh itu.

Maka hari ini akan kuakhiri. Jadi kau tak perlu berbohong lagi. Tak perlu tinggalkanku. Tak perlu ada cerita cinta jarak jauh. Sebentar lagi akan kukembalikan lagi semua di titik nol hidupku, masa dimana aku tak pernah mengenalmu.

“Sudah sampai, beristirahatlah dengan tenang,” bisikku padamu.

Kulihat suasana sepi seakan mendukungku. Kubuka bagasi mobil dan kulemparkan buntalan-buntalan plastik besar itu. Biarlah semuanya hanyut ditelan derasnya Serayu.

Jumlah kata : 283 kata

Ini ceritanya lagi belajar nulis pakai POV 2, dan sepertinya gagal haha! Daaan ternyata eh ternyata saya susah move on dari genre sadisme *abaikan :)

10 komentar:

  1. kurang sadis dan kurang parnigrafo..hehehheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Parnigrafo? Apa itu? hehe...
      Maklum Pak masih belajar, newbie....
      Trims sudah mampir dan komen ya :)

      Hapus
  2. cinta deritanya tiada akhir *PatKaymodeon #eh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Kalau gak mau menderita ya jangan berani mencintai. Kalau berani mencintai mbok ya jangan berlebihan gitu. Sadess

      Hapus
  3. sadiiiiiiiissss *kayaknya perlu meguru tentang kesadisan padamu bu :p

    - sHi_rO -

    BalasHapus
  4. ada lagi yang mati hari ini... :)

    BalasHapus

Bila berkenan sila tinggalkan jejak ya ^_^