Bagian ke-5 bisa dibaca di sini.
Credit |
Aku masih saja di sini, berusaha menandai
pergantian gelap-terangnya langit dari celah ventilasi untuk menghitung hari.
Sepertinya fajar kelima sudah hampir terlewati. Tubuhku rupanya
memerlukan masa hibernasi lebih lama sebab ruhku yang baru akhirnya menolak
untuk mendampingiku. Kata ayahku hal ini sangat berbahaya karena bagi kami,
kaum Ennearhg, tubuh dan jiwa tidak boleh berlama-lama tanpa ruh. Materi kami
bukan hanya akan tereduksi, tetapi juga jiwa kami bisa jadi terdestruksi,
musnah. Lebih parah dari mantra Feure waktu musibah itu.
Ah, kenapa ingatanku tak bisa lepas dari
musibah tu? Kebencianku rupanya begitu dalam padanya, ruh pengkhianat itu.
Dialah yang menyebabkan aku harus mengalami semua keburukan ini. Pernikahanku
yang gagal, sintesa tubuh yang menyakitkan, ruh baru yang meninggalkanku, dan
kini entah kenapa ayahku, Jenderal Khrohne Yang Perkasa, berhari-hari
mengurungku di dalam benteng imajinernya. Apakah begitu sulit mencari ruh
pengganti? Tidakkah dia tahu bahwa bukan kondisi tanpa ruh yang akan
melemahkanku, tetapi kesendirian inilah yang akan membunuhku pelan-pelan. Juga
kerinduanku ini. Kerinduan pada mata teduh dan senyuman hangat dari Peter.
Entah dimana dia sekarang. Sudah kucoba berbagai macam jalur frekuensi untuk
bertelepati dengannya, tetapi entah kenapa koneksiku selalu terputus. Seperti
diblokir atau terpental oleh gelombang imajiner ini. Membuatku pening tiap kali
mencobanya, seperti saat ini. Mataku mulai kabur dan napasku terengah-engah,
kupusatkan lagi pikiranku untuk terus mencoba, hingga tiba-tiba….
“Tak perlu kau teruskan Keyra,” suara dingin
ayahku memecah sunyi. Aku terperanjat.
“Peter!” aku menghambur ke arah kekasihku.
Mataku terbelalak mendapati tangannya terbelenggu. Sebuah sinar biru melingkupi
kedua tangannya.
“Menjauh darinya Keyra!” hardik ayahku. Mataku
menatapnya penuh tanda tanya.
“Dia itu hybrida. Hasil peranakan nista dari Bjork dan
Ennearhg yang berkhianat. Berhari-hari aku memburunya sejak musibah itu. Hampir
saja kumusnahkan ia seandainya saja aku tidak ingat bahwa dialah kunci menuju
pembebasanmu.”
“Hybrida? Pembebasanku?” tanyaku tak mengerti.
“Aku mengurungmu di sini untuk melindungimu
hingga masa itu tiba. Kaulah sang Putri Tunggal yang telah diramalkan akan menguasai
galaksi ini. Untuk memenuhi ramalan itu semua kaum harus bersatu dan
menyerahkan elemennya yang terpilih pada tubuh dan jiwamu yang sempurna : sang
Ruh Sejati, Mata sang Budak, dan Hybrida terkuat…,” tangan ayahku seperti siap
melecutkan sebuah mantra ke arah Peter.
“Jangan Ayah! Dia tidak bersalah! Ruh penghasut
itulah yang harus Ayah habisi lebih dulu! Kalau Peter mati aku tidak tahu lagi
bagaimana harus melanjutkan hidupku,” aku mulai menangis. Namun ayahku
bergeming. Dari ujung tangannya mulai terpancar serabut sinar berwarna terang
siap menyerang Peter. Kurapalkan mantra pelemah dengan hati patah. Kulawan serangan ayahku dengan sisa kekuatanku.
Tak kusangka perbuatanku itu menyebabkan
belenggu di tangan Peter terurai. Seketika dia melumpuhkan ayahku dengan mudah
dan menyihirnya menjadi batu.
“Ayaaaaaaaaaah!!!”
Gegas kuberlari menangkap tubuh ayahku yang
mematung dan hampir roboh ke lantai, mencegahnya untuk hancur. Pelan
kubaringkan dengan penuh kasih dan kutatap matanya yang membeku.
“Peter! Teganya kau!” air mataku berderai. Tak
kusangka pria yang kucintai ternyata melakukan hal seburuk ini. Mungkin dulu
Stephania tak pernah menyukainya karena telah mencium gelagat tak baik. Ah,
kenapa di saat seperti ini aku malah memikirkannya? Di mana dia sekarang?
Kupusatkan pikiranku menghubunginya, sebagaimana dulu biasa kulakukan.
Stephania, tolonglah aku! Kembalilah padaku!!
“Sia-sia. Semua yang kau lakukan sia-sia.
Akulah Hybrida terkuat. Mudah bagiku memblokir pikiranmu, sebagaimana dulu aku
mudah mengendalikan pikiranmu,” dia terkekeh.
Kupusatkan pikiranku lebih keras. Ah, gagal!
Tubuhku semakin lemah. Kedua tanganku bersinar, lalu samar menghilang. Rasanya seperti tulang-tulangku dicerabut paksa dari tubuh. Aku
menjerit-jerit tetapi dia semakin membabi-buta.
“Hentikan!” terdengar suara yang sangat
kukenal. Stephania!!
Dia dan Slakve merapalkan mantra bersama-sama
sehingga membuat Peter terluka. Secepat kilat Peter menghilang setelah sebelumnya
melemparkan sihir pelemah ke udara di ruangan ini.
“Sial! Kita kehilangan dia Lev! Sihirnya kuat
sekali. Belum pernah aku menghadapi sihir sekuat itu. Dia dari jenis apa sih?”
“Aku tak tahu Steph. Yang jelas kalau kita
tidak segera pergi maka kita yang akan binasa. Udara di sini sudah disihirnya!”
“Sudah, jangan banyak cing-cong yang penting
kita selametin dulu Tuan Putri cantik ini, siapa namanya tadi? Anak Jenderal itu?”
sebuah suara lelaki dengan logat aneh terdengar. Tiba-tiba tangan lelaki itu
memegang lenganku, seperti ingin memapahku.
“Lepaskan tanganmu! Bau busuk! Kau bahkan lebih
busuk dari bau para Slakve si budak!” hardikku.
“Keyra, jaga ucapanmu!” Stephania menegurku.
“Semakin lama kita berpisah rupanya tak baik
untukmu Steph, pergaulanmu semakin ngawur!” ujarku menjaga martabatku. Meski
dalam kondisi sesulit apapun aku harus tetap menjaga harga diri, karena akulah
calon penguasa galaksi ini.
“Jadi begini caramu berterima kasih huh?
Menyesal aku mengikuti petunjuk darimu tadi….”
Eh, dia tadi menerima sinyalku? Apakah dia
benar-benar mendengar permintaan tolongku?
“Udah-udah. Gak mau ditolong ya udah lah. Gue
emang jarang mandi. Gini aja deh Keyra biar dipapah Stephania, eh, bukan-bukan
Levi aja deh, daripada berantem….” lelaki bau itu akhirnya mengalah. Sebenarnya
aku keberatan tubuhku ini tersentuh kaum budak yang kotor tapi apa boleh buat.
Aku tak punya pilihan lain.
“Levi? Siapa…,” Slakve itu hendak protes.
“Sori Bro, namamu kepanjangan. Lagian itu nama
merk jins kesayanganku kok, keren.”
“Jins?
Kaum apa itu? Sudahlah, jangan panggil aku
Levi lagi atau kumantrai kau sampai tak bisa kembali ke masa lalu. Dasar
makhluk primitif! Bawa juga tubuh Jenderal Khrohne yang membatu itu.
Kita harus membawanya ke
Tuan Muffrowl untuk disembuhkan.”
“Haaaah? Itu tubuh Jenderal? Sett dah! gedhe
gini kirain tadi patung doang!” dia terbelalak.
Apa? Jadi lelaki berlogat aneh itu dari masa
lalu? Terlalu banyak kejadian hari ini membuatku shock. Badanku limbung dan
jatuh menimpa Slakve.
“Keyra!” Stephania memekik dan dengan sigap
membantuku berdiri. Samar kulihat wajah cantiknya terlihat muram. “Kupapah kau
saja. Aku lebih kuat daripada dia. Kau, Levi..., bantu manusia purba itu
memikul tubuh Jenderal. Ikuti jalanku. Kita teleport sekarang!”
“Levi…??”
“Manusia purba?”
Hanya suara-suara itu yang terakhir kudengar
sebelum kesadaranku hilang. Rasanya seperti ada gelombang kekuatan besar yang
menyedot tubuhku dan melemparkanku ke suatu lorong tak berujung.
lucu juga mbak dialognya Rudi disini :D
BalasHapusIya biar gak tegang mulu mbak. Lumayan kan bisa dibully hehehe
Hapus